xlv. time well spent

16.9K 1K 369
                                    

Jujur aku lagi stagnan jadi chapter ini super pendek banget dan aku ngerasa kurang klop aja.

Aku punya rencana mau ngubah percakapan di prologue tapi belum pasti, nanti kalau sudah aku bakal kabarin melalui profile dan kalian bisa re-read. Perubahannya gatau bakal banyak atau dikit tapi alurnya tetap kok.

Jangan lupa vote dan komentar.

Happy reading ❤️

27 Desember

Menggertakkan giginya dengan jempol antara gigi memenuhi pendengaran Gianna di kelelangan ruang tamu apartemennya. Ia sesekali mencuri pandang ke pintu menunggu sosok Jack yang mengabarinya sudah di jalan,  tepatnya 20 menit yang lalu, bertepatan dengan itu ia mendapatkan email dari Tanerelle tentang niatnya mengundang Gianna, bahkan ia sudah memberikan file tiketnya dan dia akan menunggu sampai nanti malam agar Tanerelle bisa membayar seluruh akomodasinya di Paris. Walaupun ia sempat senang hati menyetujui ajakannya, ia menjadi tidak enak karena ini keputusan Jack.

Belum lagi Gianna sadar akan kegigihan Tanerelle mengajaknya karena gadis itu harus sampai menguntit dirinya di Google sebelum mendapati alamat emailnya di website Caravan. Itu yang Tanerelle katakan di akhir pesannya.

Ting Tong.

Gertakan di kuku jarinya terhenti dan ia langsung berdiri sembari merapikan bajunya untuk membuka pintu. Jack sudah datang dan Gianna memiringkan badan mempersilahkan pria itu masuk ke dalam. Ini kali kedua Jack masuk ke rumah aman dan nyamannya.

Pria itu membalas senyuman Gianna sebelum menaikkan tentengan kantung plastik sejajar dengan kepalanya ketika Gianna sudah menutup pintu. "Aku bawa makanan."

"Bawa apa?" Tanya Gianna sambil menuntun pria itu ke sofa tengah. Ia meraih paksa plastik tersebut sebelum membukanya penutup container putih tersebut.

"Crepe buatan Ibuku. Ada buah potong juga."

Gianna mengerecutkan bibir sambil menipiskan mata sinis ke Jack yang tersenyum kikuk ketahuan. "Oh, aku jadi tidak enak merepotkanmu. Lagi. You gave me lots of food lately and I haven't finished the pie and pudding on the fridge." Ia menunjuk dapur yang tersambung ke seluruh sisi apartemen. Merujuk ke sisa makanan di kulkas.

Pria itu terlalu sering memberikan makanan manis dalam porsi banyak, bahkan makanan di kulkas masih tersisa karena Gianna tidak sanggup menghabiskannya, jadi setiap hari usai makan berat ia akan menyicipi makanan penutup itu sedikit demi sedikit agar cepat habis tapi ia tidak sanggup karena keseringan makan makanan yang sama. Belum lagi semua makanan itu masakan Ibu Jack dan Gianna segan menolak pemberiannya.

Gianna duduk di sofa dan meletakkan makanan itu di meja kaca, "next time aku harus ketemu keluargamu, terutama ibumu untuk bilang terima kasih." 

Ia menunjuk kotak tersebut dan menatap Jack. Gerakan badan Jack terhenti seketika dan matanya melebar mendengar pernyataan kelewat serius Gianna untuk bertemu keluarganya. Well, sebenarnya Jack yang salah kaprah dengan permintaan Gianna karena menurut Jack keputusan bertemu orangtua adalah momen penting dan tidak semudah itu. Tapi ia yakin, Ibunya pasti senang bertemu Gianna setelah ia sering meminta sedikit hasil masakannya untuk Jack berikan ke Gianna setiap
kali mereka bertemu. Memberikan sesuatu memang sudah menjadi bahasa perhatian Jack sedari dulu.

Whore-ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang