bonus chapter: isolation

10.5K 667 28
                                    

Sample dari Extra Chapter yang aku upload di Instagram. Extra chapter ini tidak masuk ke plot, melainkan back story kecil-kecilan dari plot hole yang ada.

Please read after the chapter v. the day after he ruined her.

Bergulung di balik selimut sembari meratapi nasib sudah menjadi rutinitas hariannya, tapi rasa sakit yang ia rasakan hari ini jauh lebih perih dari sebelum-belumnya. Seluruh badan Gianna sakit, hatinya sakit, fisiknya sakit, dan mentalnya sakit. Perlahan-lahan Gianna membuka selimut yang menutupi wajahnya, ia terpaksa menyerngit ketika bayang-bayang cahaya matahari menelusuri ruangan melalui celah teralis besi kamarnya. Ia kembali mengeluh dan mengutuk dalam hati ketika matanya dibuat perih sebab ia berada di ruangan gelap seharian.

Ia ingin menangis dan mengutuk orang yang telah menyakitinya, yang telah memperkosanya begitu keji dan berlindung dibalik hukum. Sejak kejadian beberapa hari yang lalu, Gianna tidak memiliki niat untuk keluar rumah bahkan pergi ke sekolah, gurunya menelponnya tapi ia abaikan. Ia selalu cemas ketika keluar dari kamar untuk mengambil makanan pesanannya, merasa dirinya selalu diawasi dan bisa diserang kapan saja. Bahkan pihak polisi tidak mau menyelamatkan dan menolongnya dari keputusasaan hidupnya. Dia penyintas dan korban.

Narasi kemirisan hidup gianna terganggu ketika ia merasakan getaran di nakas ponselnya. Gianna meraba nakas dengan tangan yang ia keluarkan dari balik selimut, membawa ponselnya mendekat. Tertulis nama Hudson, kepala polisi pusat yang ia temui dan dengan lancangnya memberikan uang sembari berkata: "Miss Freyja, aku tahu ini rumit tapi ini demi kebaikanmu di masa depan. Saat ini tergantung padamu untuk menerima uang ini. Uang yang ditawarkan Tuan Dexter tidak sedikit dan mungkin ini bisa mengembalikan hidupmu, kau bisa menata kembali hidup dan keluar dari pekerjaan itu. Tapi, pesanku untukmu jangan menggunakannya untuk hal yang tidak akan ia senangi. Maafkan aku."

Gianna murka mendengarkannya dan hatinya kembali sakit mengingat kalimat penuh kepalsuan Hudson. Pria itu memang menghubunginya beberapa hari untuk memastikan keadaannya. Entah karena tulus menanyakan kondisinya atau demi melindungi keluarga Dexter, memastikan dirinya tidak melakukan hal sembarangan yang bisa merusak nama orang tinggi seperti mereka.

Setelah mengabaikan dan mematikan paksa panggilan Hudson dua hari berturut-turut, pria itu bahkan menggunakan nomor lain untuk menghubunginya. Tapi hari ini Gianna memutuskan untuk mengangkat panggilannya. Ia dapat mendengar helaan lega pria itu ketika ia menekan tombol hijau. "Thank God."

"Bagaimana kabarmu, Gianna?" Tanyanya kasual.

Gianna tertawa renyah dan menghinanya, "stop your nice facade."

"Aku mencoba menolongmu disini." Sahut Hudson.

Gianna terdiam sebelum membentak Hudson, "berhenti menghubungiku dan pura-pura peduli! Aku tidak butuh pertolonganmu."

Ia kesal sekali dengan semua orang, ia tidak mau bertemu dengan siapa-siapa. Gianna hanya mau istirahat.

"Gianna, aku paham situasimu, aku punya anak perempuan jadi aku tau bagaimana rasanya jika hal buruk terjadi ke perempuan muda sepertimu. Tapi aku mohon, katakan sesuatu yang bisa aku bantu." Keluhnya. Terdengar desperate dan sedikit menyesal karena ia tidak bisa membantu lebih.

"Di gereja dekat rumahmu ada group therapy mingguan langsung dari klinik kesehatan mental, rumah sakit dekat kantorku juga ada self-help group untuk penyintas. Aku bisa menemanimu kesana." Lanjutnya.

Dada Gianna bergemuruh, matanya berkaca-kaca karena Hudson bisa mengatakan hal seperti itu dengan sepele. "If you really have a daughter, why don't you

deal with my case? You are supposed to protect me, he is a danger to society! Aku minor demi Tuhan, aku masih anak-anak dan kau membiarkannya lepas begitu saja. Untuk apa? Uang? Gila!" Teriak Gianna dengan suara melengking. Umurnya masih 17 tahun.

Dadanya bergerak cepat emosi, ia tidak ingin lagi-lagi terperangkap di emosi tidak stabilnya. Badannya bergetar pelan. Matanya lelah menangis seharian dan meraung tidak berdaya. Ia menyalahkan dirinya, pertanyaan seperti 'mengapa ia datang ke klub malam itu?', 'kenapa Allison mencium Ernesto?', 'kenapa dirinya tidak mencari pelanggan lain?', dan 'kenapa dia tidak melawan?'

Kenapa harus terjadi kepadaku?

Kenapa dia dari jutaan perempuan di dunia?

Kenapa dia selalu ditimpa nasib sial?

Kenapa dia pantas untuk menerima serangan itu?

Kenapa harus Elias dari semua orang?

Kenapa harus pria yang ia kagumi--yang pernah ia kagumi--dari semua orang?

Kenapa dia...

Kenapa aku?

Gianna menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan tangis dengan masih mendekatkan ponsel ke telinga. Ia tidak mendengar suara Hudson cukup lama sampai akhirnya pria itu membuka mulut, "aku minta maaf sebesar-besarnya. I will send you help, aku akan mengirim orang untuk membantumu." Jawab Hudson.

Gianna menggeram kesal karena pria itu tidak memiliki rasa empati sama sekali. Terlalu muak meladeni polisi tidak berguna yang mencecokinya, Gianna memutuskan panggilan dan membanting ponsel ke nakasnya. Bisa kembali rusak mentalnya jika ia meladeni orang yang menghancurkan hidupnya. Gianna butuh istirahat.















































Bisa di cek di Instagram highlight "Spesial Chapter":

Bisa di cek di Instagram highlight "Spesial Chapter":

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Few of the extra chapters:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Few of the extra chapters:

Few of the extra chapters:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Love, ZheVloet.

Whore-ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang