Chapter 34 - Jawaban

90 23 55
                                    


Jawaban

"Gue bisa jadi orang yang paling baik, tapi gue bisa jadi orang yang paling jahat, Dan." - Stevlanka

Pada saat jam pulang sekolah, Alkar tidak langsung meninggalkan SMA Awan 12. Ia berjalan dengan langkah lebar. Kegiatan belajar sudah berakhir sepuluh menit yang lalu. Sehingga membuat area sekolah ini lengang. Raut wajah Alkar tidak menunjukkan emosi apa pun. Kini kakinya berhenti di depan toilet perempuan. Ia langsung saja menerobos masuk dengan membanting pintu cukup keras.

Alkar menoleh ke samping, ada Karisma yang berdiri di depan cermin. Ia juga membalas tatapan Alkar. Pada awalnya Karisma menyisir rambut panjangnya menggunakan tangannya sendiri. Namun, karena suara pintu yang terbuka dengan kasar membuatnya menoleh dan ternyata itu Alkar.

Karisma kembali menatap pantulannya di cermin ketika Alkar berjalan mendekatinya. Melanjutkan aktivitasnya—membenahi rambut.

"Lo salah toilet," kata Karisma dengan santai tanpa menatap Alkar.

"Enggak," balas Alkar, "gue emang ke sini nyari lo."

Kalimat itu mengehentikan pergerakan Karisma. Ia menghela napasnya. Menatap Alkar dari pantulan cermin. Memutar tubuhnya hingga menghadap Alkar.

"Lo busuk dari yang terbusuk!" seru Alkar tiba-tiba.

Karisma tersenyum miring, melipat tangannya di depan dada. "Gue punya masalah sama lo?"

"Orang busuk kayak lo, nggak akan pernah mendapatkan ketengan di dunia."

"Oh, iya?"

Alkar berjalan maju menyudutkan Karisma pada wastafel, hingga gadis itu tak bisa berkutik. Alkar mengakui, emosi Karisma benar-benar stabil. Raut wajahnya tidak sedikit pun menunjukkan ketakutan.

"Akhiri semuanya, sebelum hidup lo sendiri makin hancur. Menutupi apa yang lo perbuat nggak akan bertahan lama, gue yakin setelah ini semua akan tahu kalau lo itu iblis," kata Alkar pelan namun penuh penekanan.

Karisma masih bisa tersenyum miring. "Lo disuruh sama Stevlanka? Ya, iyalah, lo sama dia, kan, sejenis."

"Maksud lo?"

"Alkar ... Alkar ... Lo cocok, sih, sama dia. Sama-sama pengecut, penipu, munafik," kata Karisma penuh penekanan. "Lo pikir Stevlanka baik sama lo itu tulus, gitu? Enggak. Dia cuma kasian sama lo karena lo dan dia itu sama."

Alkar terus menatapnya tajam.

Karisma memejamkan matanya sebentar, lalu mendorong sedikit dada Alkar ke belakang. "Gini deh, dari pada sibuk ikut campur urusan gue, mending urusin tangan lo sendiri." Karisma melihat raut wajah Alkar terkejut. Senyuman mengejek terbit dari bibirnya. Ketika ia akan berjalan melewati tubuh Alkar, tiba-tiba laki-laki itu kembali menarik lengan Karisma hingga tubuhnya membentur dinding. Meringis pelan karena benturan yang cukup keras di punggungnya.

Alkar masih menatap Karisma. Bedanya, tatapan itu kini lebih tenang dari sebelumnya. Karisma tidak takut, ia balik menatap terang-terangan.

"Bagus, kalau lo tahu siapa gue yang sebenernya. Itu artinya gue nggak perlu repot-repot nutupin semuanya. Lo merasa cuma lo yang bisa melakukan apa pun? Lo salah besar, Karisma."

Alkar semakin melangkah mendekati Karisma, hingga benar-benar tidak ada jarak di antara mereka. Sikap Alkar sangat berubah. Seperti Alkar yang lain. "Berhubung lo udah tahu siapa gue, apa lo mau gue tunjukin seberapa bahayanya gue?"

"Lo teriak di depan gue, bilang kalo gue iblis, padahal lo sendiri?"

"Iya!" bentak Alkar seraya menghantam dinding tepat di samping kepala Karisma. "Jadi, gue minta akhiri semuanya."

DELUSIONSजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें