Chapter 14 - Dekapan

108 37 42
                                    

Dekapan

"Gue nggak akan minta lo pergi dari gue." - Stevlanka

Malam telah berganti pagi. Itu artinya lembaran berikutnya terbuka untuk memperbaiki diri dan juga mewujudkan mimpi. Sayangnya sang mentari tak begitu menunjukkan sinarnya. Langit yang seharusnya cerah, namun kini tampak suram. Kumpulan awan mengumpul berwarna hitam. Seperti air hujan aku menyeka bumi.

Ardanu menyisir rambutnya seraya berjalan ke luar kamar. Sebelumnya, Ardanu mendapatkan pesan dari Bara. laki-laki itu ingin Ardanu menjemputnya. Ardanu masih begitu santai padahal mungkin saja Bara sakarang sudah mengumpat karena menunggu terlalu lama. Ketika melewati meja makan, Ardanu meraih sebuah apel. Memakannya sambil keluar apartemen.

Pukul enam lebih tiga puluh menit Ardanu melewati gerbang apartemen. Bibirnya bersenandung sepanjang perjalanan. Ia menghentikan mobilnya karena ada lampu merah. Ponselnya bergetar membuatnya menoleh. Meraih benda itu, melihat pesan yang baru saja masuk.

Pada siapa aku harus memulai memberikan kejutan? Baiklah, mungkin bersama-sama lebih seru. Datanglah ke rusun Mimbar. Lebih cepat, ingat. Atau kamu akan melihat yang membuatmu menyesal.

Sebuah pesan dari private number. Tangannya mengepal erat ponsel itu. Ketika lampu hijau menyala, ia melajukan mobilnya menuju alamat yang diminta dari sang pengirim pesan. Berharap Stevlanka tidak mendaptkan pesan yang sama. Gadis itu pasti akan mendatangi tempat itu tanpa berpikir panjang. Ardanu mencoba menghubungi Stevlanka. Namun, gadis itu tidak menjawabnya.

Setelah tiba di rusun yang sudah lama tidak terpakai itu, Ardanu berlari cepat masuk ke dalam. Ia kebingungan ke mana ia harus melangkah. Sehingga ketika ada ruangan yang tertangkap oleh matanya, Ardanu memasuki saja.

Sambil terus berjalan, ia berusaha menghungi Stevlanka. Pikiran Ardanu beralih. Ada banyak lantai pada rusun ini. Tidak mungkin sosok itu berada di sini. Satu tempat yang memungkinkan, yaitu basement.

Saat tiba ia mengedarkan pandangannya. Ia terus melangkah memperhatikan sekelilingnya. Ponsel Ardanu menyala-nyala. Ia membaca pesan itu dengan cepat.

Tidak terlambat. Aku suka kedisiplinanmu.

Langkah Ardanu berhenti. Ia kembali memperhatikan sekelilingnya. Kemudian ia berteriak, "Keluar, berengsek. Tunjukkan diri lo!"

Dada Ardanu naik turun. Wajahnya memerah. Suhu panas dan juga amarah bercampur menjadi satu. Ardanu tidak akan memaafkan sosok itu jika berani menyentuh Stevlanka sedikit saja. Ardanu tidak tahu jika di belakangnya ada seorang yang memakai hodie hitam. Sosok itu juga bermasker hitam. Tangannya yang berada di saku hodie itu menggenggam benda tajam.

Ardanu merasakan kehadirannya. Namun, ia tidak langsung berbalik. Ia menunggu sosok itu semakin dekat. Dan waktu yang sangat tepat Ardanu memberikan serangan. Sosok itu berhasil menghindar. Ardanu terus maju, kakinya menendang perut sang lawan.

"Di mana Stevlanka?"

Sosok itu tersenyum di balik masker kain. Ia berdiri sempoyongan. Meregangkan lehernya sejenak. Ardanu geram, lalu ia kembali memberikan serangan. Sosok itu berhasil menendang perut Ardanu. Lalu, ditambah lagi dengan lututnya. Ketika Ardanu jatuh, sosok itu terus melayangkan pukulan pada rahang Ardanu.

Kaki Ardanu berusaha menendang orang yang berada di atasnya. Pertama, kedua ia gagal. Namun di tendangan yang ketiga Ardanu berhasil. Sosok itu tersungkur ke belakang. Meskipun tubuh Ardanu melemas, ia tetap memaksakan untuk bangkit. Menyeret kakinya mendekati sosok itu.

Ardanu berada di tubuh sang lawan. Melayangkan pukulan beberapa kali. "Siapa lo sebenernya?" tanyanya seraya mengeraskan rahangnya. Tangannya tergerak untuk membuka masker sosok itu. Tetapi belum sempat itu terjadi. Tangan Ardanu terhenti. Kepalanya perlahan menunduk ke bawah. Melihat tangan sosok itu menancapkan sesuatu di perutnya. Tak lama tubuh Ardanu jatuh ke samping, dan sosok itu bangkit. Menarik kembali pisau yang tertancap di perut Ardanu. laki-laki itu hingga melengkugkan tubuhnya ketika pisau dicabut.

DELUSIONSWhere stories live. Discover now