Chapter 21 - Langka

100 30 29
                                    

Langka

"Apa gue bisa percaya sama lo, Dan? Gue nggak pernah ngasih kepercayaan sama seseorang. Bahkan Ayah gue sekalipun." - Stevlanka.

Tiana, gadis itu menyeret Raya dengan kasar. Mereka menuju ke taman belakang sekolah. Mendorong tubuh Raya hingga tersungkur di atas tanah. Tepat di hadapan Raya, ada Karisma yang sedang berdiri—memandang Raya dengan raut wajah datar. Baju seragam Raya menjadi kusut karena tarikan paksa Tiana. Rambutnya juga sedikit berantakan. Raya hanya diam, tetapi di hatinya bergemuruh yang siap meledak kapan saja.

Karisma beralih berjongkok di depan Raya, menatap gadis itu dengan iba. "Raya, lo diapain sama Tiana?" tanya Karisma. Raya masih enggan menatap perempuan di depannya itu. Bibir Karisma terangkat membentuk senyuman. Ia mengangkat dagu Raya menggunakan telunjuk jarinya yang indah.

"Ti, lo kasar banget sama Raya," ujar Karisma melirik Tiana sebelum kembali menatap Raya. Ia mengusap rambut Raya, jari-jari lentik itu menyusup ke dalam helaian rambut. Hingga tiba-tiba usapan itu berganti dengan tarikan kasar. Kepala Raya hingga mendongak ke atas. Kulit kepalanya terasa begitu nyeri. Matanya telah berkaca-kaca, namun ia masih bungkam.

"Lo nggak papa, Ray?" tanya Karisma dengan dramatis. Sudah jelas-jelas ia menarik rambut Raya dengan keras. Air mukanya berubah menjadi dingin dan tajam. Ada amarah yang berapi-api di mata Karisma.

"Ini nggak seberapa. Gue bisa lakukan yang lebih parah lagi. Jangan macam-macam sama gue, Raya."

"Kar, udah langsung aja," sahut Tiana. Karisma melepaskan tangannya, mendorong kepala Raya dengan kasar. Karisma berdiri, melipat tangannya di depan dada. Tersenyum miring melihat temannya yang sedang berantakan di bawahnya.

Karisma tersenyum miring. "Jangan buru-buru Ti, kita main pelan-pelan aja. Kan, menikmati momen, ya, nggak?" tanya Karisma pada Tiana.

Tiana mengangguk seraya tersenyum sinis.

Raya berdiri dengan susah payah, mengarahkan tatapan bencinya pada Karisma dan juga Tiana. "Sampai kapan kalian bakal terus kayak gini? Udah cukup Stevlanka yang lo buat menderita sampai pindah dari sekolah ini, Kar!"

"Jangan sebut namanya!" tegas Karisma penuh penekanan.

"Kenapa?" Raya mengangkat dagu. "Kenapa kalo gue sebut nama Stevlanka? Ah, gue tau, nama itu kembali ngingetin sama dosa lo?"

Karisma telah mengepalkan kedua tangannya, matanya menujukkan jika ia benar-benar marah.

"Diam, sialan!" Karisma berteriak sambil mendorong tubuh Raya. Gadis itu terpelanting ke belakang hingga kembali terjatuh. Tanpa memikirkan apa pun, Karisma dengan cepat mencekik leher Raya.

Mata Stevlanka yang terpejam berubah terbuka. Langit-langit kamarnya menyapanya. Ia kembali memejamkan matanya, meraup oksigen sebanyak mungkin. Mengubah posisinya menjadi duduk. Keringat dingin bercucuran dari pelipis gadis itu. Tangannya terangkat menyentuh lehernya sendiri seolah ia merasakan apa yang dirasakan oleh Raya. Ia juga kesulitan bernapas.

Selama sekolah di SMA AWAN 12 Stevlanka tahu jika mereka bertemen sejak kelas sebelas. Raya adalah siswa pindahan di kelas sebelas. Dengan mudahnya ia masuk dalam pertemanan Karisma dan Tiana yang sudah berteman lama. Kepindahan Stevlanka sudah hampir tiga bulan.

"Kejadian itu setelah gue pindah. Itu atinya belum lama ini."

*****

"Vla," panggil Satriya. Stevlanka mendongak menatap Ayahnya yang ada di depannya. "Setelah kejadian di gudang itu, Ayah lihat kamu semakin membaik. Kamu jarang melukai orang-orang. Ayah nggak akan membatasi pertemanan kamu lagi mulai sekarang."

DELUSIONSWhere stories live. Discover now