Chapter 19 - Kelam

69 29 19
                                    

Kelam

"Siapa pun dia yang melukai orang-orang di sekitarnya itu jahat Vla." - Ardanu.

Stevlanka berjalan cepat melewati koridor sekolah. Mengarahkan pandangannya di sekeliling. Setelah kejadian di gudang itu, Stevlanka juga izin beberapa hari untuk istirahat di rumah. Dan hari ini ia kembali masuk seperti biasa. Sejak pagi tadi ia mencari keberadaan Alkar. Mulai dari kantin, ruang osis, dan perpustakaan semua telah ia datangi. Stevlanka akan menuju ke kelas Alkar, tidak sengaja ia berpapasan dengan Bu Naya. Stevlanka membungkukkan tubuhnya seraya tersenyum untuk memberi salam. Namun, ketika Stevlanka melewati bu Naya, seruan wanita untuk membuat Stevlanka terhenti.

"Vla?"

Stevlanka membalikkan tubuhnya mengahdap ke Bu Naya. "Iya, Bu?"

"Saya ingin berbicara dengan kamu," pinta Bu Naya. Stevlanka mengangguk ragu.

Kini mereka telah berada di balkon Sekolah yang tidak dilalui para siswa. Stevlanka menunggu Bu Naya membuka suaranya.

"Terima Kasih, Stevlanka."

"Maksudnya?"

"Tentang Alkar." Mendengar tuturan itu, Stevlanka membulatkan matanya. Ia menelan salivanya, menatap Bu Naya begitu lekat. Ia menunggu kalimat selanjutnya yang diucapkan oleh wanita yang bersamanya saat ini.

"Dia sudah menceritakan semuanya, Vla. Semuanya." Pandangan Bu Naya kosong ke arah depan. "Saya seperti orang bodoh ketika mendengar dia yang menjadi penyebab Caya ingin mengakhiri hidupnya. Selama ini saya seperti berhutang budi dengan Alkar, tapi ternyata dia adalah pelakunya. Saya ingin marah, saya ingin membuhnya saat itu juga."

"Dan pada saat bersamaan saya menelan habis-habis keinginan saya itu. Kamu tahu kenapa?"

Jelas Stevlanka tahu apa yang dimaksud Bu Naya. Namun, ia memilih untuk tidak menjawab.

"Penyakit yang dideritanya, Vla." Bu Naya menatap Stevlanka. "Dia sedang sakit."

"Dia hanya membutuhkan orang yang ingin menerimanya. Dia menjadi tidak terkontrol karena Caya ingin menjauh setelah Alkar jujur dengan keadaannya," Stevlanka menambahkan. "Bu Naya memaafkan Alkar?"

"Semuanya sudah masa lalu, Vla. Saya senang karena kamu membuat saya bisa tidur nyenyak karena membantu menjawab pertanyaan saya. Saya sudah tidak berhak untuk marah karena dengan dia datang dan mengakui kesalahannya sudah lebih dari cukup. Apa lagi dia berusaha memperbaiki dirinya selama ini." Senyuman tipis Bu Naya membuat Stevlanka tenang.

"Saya dan Caya sudah memaafkannya. Melihat Caya dengan hidupnya yang baru membuat saya sangat bersyukur," kata Bu Naya. Wanita itu meraih tangan Stevlanka. "Dia melukai kamu di sini?"

Stevlanka mengangguk.

"Kamu anak yang baik, Stevlanka. Saya yakin kamu bisa menggunakan visions kamu dengan baik. Kamu istimewa."

Saya tidak beda jauh dengan Alkar Bu Naya. "Terima kasih."

"Alkar memutuskan untuk pindah Sekolah. Hari ini sekolah terkahirnya di sini."

Stevlanka ternganga. "Pindah?"

"Iya."

"Apa karena kondisi tangannya, Bu? Dia memberitahu semua orang?"

"Saya tidak ingin melakukannya sama sekali. Dia pindah karena memang keinginannya sendiri. Hingga saat ini tidak ada yang mengetahui tentang sindromnya selain kita."

"Begitu." Stevlanka membasahi bibirnya.

"Bagaimana dengan Ardanu?" tanya Bu Naya.

"Masa pemulihan, Bu Naya."

DELUSIONSWhere stories live. Discover now