Chapter 43 - Kilah

58 11 13
                                    

Kilah

"Hari ini lo bilang sayang ke gue, terus besok lo minta gue pergi. Berulang kali lo melakukan hal yang sama, Vla. Dan lo tahu nggak, kalau itu semua menyakitkan buat gue?"- Ardanu.

Malam pekat sepekat beban yang bersemayam pada Ardanu. Keresahan yang melampaui batas. Pikiran melayang entah menuju ke mana. Sesak yang tak kunjung musnah. Ardanu ingin menyudahi semuanya. Jika tidak, sekali saja, ia ingin kembali ke masa lalunya. Mengubah apa yang menyebabkan semua kepelikan ini hadir. Semua berawal darinya. Rasa sakit Era, Papa, Stevlanka, beberapa orang yang menjadi korban, bahkan dirinya sendiri, ini semua adalah akibat dari pilihannya yang salah di masa lalu. Dirinyalah yang menjadi gerbang rasa sakit itu hadir. Dan sekarang, apa pun akan ia lakukan untuk menebus kesalahannya.

Ardanu berada di depan rumah Karisma. Jantungnya berdegup kencang. Rasa sakit di hatinya semakin bertambah seolah luka yang belum kering disayat kembali menggunakan pisau. Teramat pilu, perih, susah untuk dijabarkan. Angin malam menyelimuti dirinya, semakin membuat keresahan.

Pintu terbuka, ada Satya yang muncul di balik pintu.

"Di mana Eramika?" tanya Ardanu tanpa basa-basi.

Satya terkejut. "Apa maksud lo—"

"Di mana Eramika?" Ardanu mengulang pertanyaannya sambil mencengkram kerah baju Satya. Laki-laki itu sampai mundur beberapa langkah masuk ke dalam. Mata Ardanu tajam menghunus mata Satya yang bertanya-tanya.

"Sekali lagi gue tanya, di mana Eramika yang menggunakan identitas Adik lo, Karisma?"

Satya lama terdiam, kemudian tersenyum miring. Namun, ia tak kunjung menjawab. Ardanu semakin mengeratkan cengkramannya. Wajah Satya memerah bahkan tubuhnya hingga gemetar. Karena sudah tidak tahan ia melayangkan tonjokan di rahang Satya. Kemudian, Lututnya menjejak perut Satya hingga tubuhnya membungkuk ke depan. Satya hendak membalas, tetapi suara dari belakang menghentikan niatnya.

"Kak Satya, jangan!"

Pandangan Ardanu beralih pada seseorang yang berada tidak jauh darinya. Ardanu melepaskan kerah baju Satya. Tubuhnya terpaku berhadapan dengan Karisma. Sontak tubuhnya menjadi panas dingin. Matanya berkaca-kaca melihat seseorang di sana. Benarkah itu Eramika? Saudara kembarnya yang manis. Wajah Karisma yang ia lihat, tetapi mata itu adalah mata Era. Ardanu bisa merasakannya. Imajinya melukiskan Era kecil berdiri di sana. Melambaikan tangannya seolah meminta Ardanu mendekat.

Ardanu melangkah mendekat. Begitu juga dengan Era. Jarak mereka semakin menipis, hanya sebatas satu langkah saja. Mereka berdua sama-sama terpaku. Hanya mata yang saling tatap. Keheningan semakin menyesakkan mereka. Lalu, Era melingkarkan tangannya di leher Ardanu. Memeluknya erat hingga terisak. Sementara kedua tangan Ardanu masih menggantung di bawah. Era menangis di pelukannya. Rasanya begitu aneh mendengar tangisan itu.

"Nanu ...," ucapnya teredam jaket Ardanu.

Tubuh Ardanu melemas mendengarnya. Suara yang memanggilnya 'Nanu' itu masih sama.

Era menyandarkan kepalanya di bahu Ardanu. "Selama ini aku ingin peluk kamu sekali aja. Aku nggak sempat melakukannya sebelum aku pergi. Aku—aku—" isak Era dibalas pelukan oleh Ardanu. Saat itu juga Ardanu meneteskan air matanya.

Satya terdiam di sana. Era mendongakkan kepala, meletakkan dagunya di bahu Ardanu. Mata mereka bertemu. Seperti kontak mata dan hanya mereka yang tahu. Lalu, Satya pergi keluar.

"Bagaimana kamu bisa selamat dari kecelakan itu?" Ardanu meletakkan tangannya di pipi Era, menatap mata gadis itu yang memerah.

"Aku terpental ke luar. Saat itu aku sempat sadar, aku mencari Mama tapi ternyata di bawah jurang ada suara ledakan. Aku cari pertolongan tapi aku malah terlepeset dan jatuh ke sungai," jawabnya sambil menangis. "Nanu, aku takut. Saat aku tenggelam di sungai aku pikir aku akan mati. Rasanya sakit--"

DELUSIONSWhere stories live. Discover now