Chapter 10-Tumpahan Air Mata

133 44 45
                                    

Tumpahan Air mata

"Apa pun masalah lo, jangan menyerah. Lo pasti bisa hadapain. Menangis terkadang dibutuhkan, untuk melepaskan sakitnya hantaman masalah itu. Anggap aja lo lagi istirahat sebentar. Tapi setelahnya lo harus bangkit lagi."- Ardanu

Stevlanka bepijak dengan hati-hati. Mengedarkan pandangan. Dindingnya tampak begitu lusuh, rumput liar yang tumbuh di sekitar, kotoran bergelantungan-seperti sarang laba-laba-di langit-lngit gudang. Stevlanka sudah berada tepat di depan gudang itu. Ketika kakinya hendak melangkah ia mendengar, suara daun kering yang terinjak. Sontak membuat gadis itu menoleh ke belakang.

Ia terus melangkah. Tangannya terulur membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. Hingga kakinya melangkah melewati pintu, semuanya masih baik-baik saja. Ruangan itu cukup luas, tak ada barang-barang yang aneh. Beberapa tumpukan meja dan kursi patah serta sudah dihinggapi sarang laba-laba. Stevlanka melangkah lebih dalam. Ia melebarkan matanya ketika melihat banyak botol alkohol. Kakinya melangka mundur. Tak sengaja ia menabrak sebuah lemari. Memandangnya dari atas hingga bawah.

Dengan tangan sedikit gemetar, Stevlanka membuka lemari itu. Lemari itu terlihat sudah lama. Kayu-kayunya keropos. Engsel pintu lemari berderit bersamaan dengan pintu yang terbuka semakin lebar. Stevlanka memundurkan langkahnya saat itu juga. Ia membungkam mulutnya menahan pekikannya sendiri. Beberapa pisau-sekitar lima sampai enam. Dijajar begitu rapi. Dan yang mengerikan adalah banyak noda darah kering di setiap mata pisau.

Stevlanka kembali menutup lemari itu. Meneliti hal lainnya yang ada di ruangan itu. Baru saja menjauh beberapa langkah dari lemari, pintu berdebum keras. Stevlanka menoleh, matanya melebar melihat pintu itu tertutup. Ia mencoba membuka, hal buruk terjadi. Pintu itu tidak bisa dibuka.

"Sial!" umpat Stevlanka setelah memutar knop pintu. Menyandarkan tubuhnya di balik pintu.

"Tolong!" teriak Stevlanka yang kesekian kali. Bahkan suaranya hingga serak. Air matanya menetes, tanpa ia sadari. Semakin lama dadanya terasa sesak. Sinar matahri sore yang menerobos sela-sela ventilasi telah menipis, tergantikan dengan remang-remang. Ia mencengkram dadanya. Helaan napasnya berat.

"To-long." Tubuhnya luruh di samping pintu. Stevlanka mencari ponselnya di dalam tas sekolahnya. Karena tangannya gemetar ia kesusahan mendapatkannya. Sementara kegelapan semakin menguar. Stevlanka menghempaskan tasnya kasar. Air matanya berjatuhan. Dadanya naik turun. Tidak bisa lagi bernapas melalui hidung. Teriakannya tertahan, mencengkram kepalanya.

Mata terpejam itu mendadak terbuka lebar. Deru napas yang tak beraturan. Keringat dingin berjatuhan dari pelipisnya. Ia memejamkan matanya sejenak. Meraih segelas air putih di atas nakas.

"Stevlanka lagi?" Ia mengusap rambutnya.

*****

Kini Ardanu telah tiba di sekolah, berjalan melewati koridor yang sudah ramai oleh siswa SMA ANGKASA BIRU. Tangan Ardanu berada dalam saku celananya, tatapan mata yang tampak kosong memikirkan mimpinya pagi tadi. Sesuatu hal buruk akan terjadi pada Stevlanka. Dan tepat sekali gadis itu berada tidak jauh darinya. Ardanu menghela napas, menarik bibirnya ke atas. Mengejar langkah Stevlanka.

"Hai, cewek langka," sapa Ardanu seraya memiringkan kepalanya melihat wajah Stevlanka. Gadis itu hanya melirik sekilas tanpa menjawab. Matanya sembab karena semalaman ia menangis. Ia juga bangun terlambat pagi tadi. Mengikat rambutnya sederhana. Mungkin betapa lusuh wajahnya sangat terlihat. Ingin membolos tetapi ada salah satu mata pelajaran yang ulangan harian, sehingga mengurungkan niatnya.

"Lo begadang, ya?" tanya Ardanu setelah memandang wajah Stevlanka. "Kalau lo nggak bisa tidur, tuh, ajak gue. Maksudnya gue bisa nemenin lo sampai tidur."

DELUSIONSWhere stories live. Discover now