Chapter 44 - Kalut

203 10 26
                                    

Kalut

"Lo melindungi supaya lebih mudah untuk menghancurkan." – Stevlanka.

"Gue adalah Nanu. Saudara Eramika. Korban dari kebodohan Ayah lo."

Stevlanka terperanjat. Gemetar di tubuhnya kian menjadi. Air matanya berjatuhan setelah Ardanu mengucapkan demikian. Anggota tubuhnya melemas, bahunya menurun. Semua ungkapan sayang Ardanu seperti udara yang melebur. Menaungi ruangan yang kosong. Kemudian, hilang. Tidak terasa dan tidak terlihat. Kehampaan dapat Stevlanka rasakan. Ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Stevlanka percaya dirinya tidaklah sempurna. Namun, kehadiraan seseorang membuat hidupnya lebih berarti. Stevlanka tidak pernah menyangka jika keyakinan dan harapan yang ia punya akan benar-benar membuatnya hancur seperti ini.

"Jadi ini alasannya?" tanya Stevlanka menatap Ardanu. "Lo melindungi supaya lebih mudah untuk menghancurkan." Air matanya terus menetes ketika Stevlanka mengatakannya.

Ardanu menatap tajam mata Stevlanka yang begitu kecewa. Pancar mata yang belum pernah Ardanu lihat. Stevlanka seperti berada di titik terendah kekecewaan itu. Bibir Ardanu terangkat ke atas. Kakinya melangkah mendekati Stevlanka. Gadis itu tidak menghindar.

Ardanu menangkup pipi Stevlanka. Menarik kepala Stevlanka lebih dekat dengannya. Menunduk mendekatkan bibirnya di samping telinga gadis itu. Sontak Stevlanka mengepalkan tangannya di bawah. Napasnya tercekat. Stevlanka hanya melihat leher Ardanu tepat di depannya. Sementara hembusan napas Ardanu membuat tubuh Stevlanka kaku.

"Gue sayang sama lo," bisik Ardanu, kemudian ia mengecup singkat pipi Stevlanka. Ardanu menjauhkan kepalanya, ia kembali berdiri di hadapan Stevlanka yang tidak menunjukkan reaksi apa pun.

Lihat, Dan, seharusnya gue menampar lo. Tapi gue cuma bisa diam. Lo membuat gue semakin mengenaskan, Ardanu, batin Stevlanka. Stevlanka kehilangan akalnya. Ia tidak mengerti dengan sikap Ardanu.

Pintu terbuka mengalihkan mereka berdua. Di balik punggung Ardanu ada seseorang yang tidak bisa Stevlanka kenali karena tidak terkana cahaya lampu. Tak lama seseorang itu muncul. Berdiri di samping Ardanu. Ia tersenyum penuh kemenangan.

"Terima kasih, Nanu. Kamu udah membawa dia ke sini," kata Era sambil menatap Stevlanka.

Kaki Stevlanka melangkah mundur tanpa ia minta. Menatap Era dan Ardanu secara bergantian. Stevlanka berusaha keras menutupi gemetar tubuhnya yang ketakutan. Tatapannya tertuju pada Era. Seseorang yang selama ini menyebut dirinya sebagai Karisma. Menindasnya di sekolah lama, menerornya selama ini, dan pembunuh Ayahnya. Stevlanka benar-benar melihat iblis ini di depan matanya.

"Hai, Stevlanka."

Tidak ada ketakutan sekarang. Stevlanka mencekik leher Era secara tiba-tiba. Cengkraman yang begitu kuat. Gadis itu telah berada di bawah kendala tangan aliennya. Untuk pertama kalinya Stevlanka sadar dengan ini semua. Entah bagaimana bisa ia memunculkan tangan aliennya. Wajah Era memerah. Tangannya menarik lengan Ardanu yang masih diam.

"Lo udah membuat Ayah gue pergi selamanya!" Penekanan di setiap katanya. "Gue sendiri yang akan membunuh lo, Eramika."

Era terus memberontak, berusaha menjauhkan tangan yang melingkar di lehernya. "Nanu, ken-kendalikan tangannya--"

Stevlanka terus mengeratkan tangannya.

"Nanu ...."

Ardanu bergerak menarik tangan Stevlanka. Begitu kuat. Laki-laki itu berusaha sekuat tenaga. Setelah berhasil lepas, ia menggenggam tangan Stevlanka.

"Lepas! Biarin gue bunuh dia. Dia bukan manusia!" Stevlanka berteriak pada Ardanu. Kini mereka telah terduduk di atas lantai yang kotor. Sementara Era terbatuk-batuk mengusap lehernya.

DELUSIONSWhere stories live. Discover now