Chapter 31 - Pasrah

74 25 34
                                    

Pasrah

"Apa gue juga akan berakhir di sini?"- Stevlanka

Alkar begitu menyukai kelas yang aktif. Aktif entah dari guru ataupun murid itu sendiri. Namun, untuk mapel terakhir di kelasnya hari ini tidak sedikit pun menarik perhatian laki-laki itu. Pandangannya terlalu fokus mengamati gerak-gerik Tiana. Ia berniat untuk mendekati gadis itu setelah pelajaran selesai nanti. Setelah beberapa hari ia dan Stevlanka belum melakukan pergerakan apa pun, ia hanya terus mengirim pesan ancaman. Alkar sedikit heran saat memikirkan Karisma, gadis itu begitu terlihat tenang. Berbeda dengan Tiana.

Tepat setelah bel berbunyi, semua temannya tergesa berkemas seperti cepat ingin keluar dari ruangan ini. Berdeda dengan Tiana, gadis itu masih melamun beberapa menit. Alkar melihat Karisma yang beranjak ke luar kelas.

Tiana sempat melirik sekilas ke arah pintu dan setelahnya ia mengemasi buku-bukunya. Tidak sengaja kotak pensilnya terjatuh. Ketika hendak membungkukkan badannya, kotak pensil itu lebih dulu diambil.

Tiana mendongak. "Makasih, uumm ...," kata Tiana sambil mengingat.

"Alkar, nama gue Alkar."

"Ah, iya."

"Udah lebih tiga bulan dan lo belum hapal nama gue." Alkar tertawa pelan. "Ah, iya, lo kan selalu bareng Karisma. Tapi ... kok nggak bareng dia tadi?"

Raut wajah Tiana berubah. Kemudian menggeleng.

"Pasti berantem masalah cewek?"

Tiana hanya tersenyum.

"Oh, iya, mau bareng?"

"Hah? I-iya, boleh."

Mereka berjalan berdampingan melewati koridor.

"Gue emang baru sekolah disini dan tiba-tiba dikejutkan sama Raya yang meninggal jatuh dari atap gedung sekolah. Menurut lo, gimana?"

"Gimana ... apanya?" tanya Tiana tanpa menatap Alkar.

"Kalo bunuh diri masuk akal, nggak, sih? Dan kalo emang bener bunuh diri, kenapa harus di sekolah?" Alkar melihat Raya mencengkram tali ranselnya. "Ti?"

Tiana mendongak."Iya, gue nggak tahu. Gue nggak deket sama Raya."

"Tapi, gue denger kalian dulu temen baik?"

"Itu ... iya bener, sih. Tapi dia sendiri yang memutus persahabatan kita. Al, gue duluan, ya." Tiana berlalu begitu saja sebelum Alkar mengatakan apapun.

Stevlanka bener, Tiana menyembunyikan sesuatu, batin Alkar dalam hati.

*****

Ardanu menghentikan mobilnya di depan rumah Stevlanka. Ada Stevlanka yang duduk di sampingnya. Ardanu keluar mobil terlebih dahulu, membukakan pintu untuk Stevlanka. Gadis itu tersenyum sambil keluar dari mobil. Ardanu bersusah payah membujuk Stevlanka untuk pulang bersama. Sebenarnya, Stevlanka menolak karena ia akan pulang bersama dengan Cantika. Namun, Cantika kesal karena ulah Ardanu membuatnya mengalah.

"Makasih, Dan."

"It's my pleasure, cewek langka." Ardanu tersenyum. "Gila, ya, lama banget nggak nganter lo pulang, beberapa hari ini lo selalu ada urusan." Ardanu melipat tangannya di depan dada dan bersadar pada sisi samping mobil.

Stevlanka terdiam sebentar, kemudian tersenyum.

"Nah, tuh senyum-senyum maksudnya apa?" tanya Ardanu mengangkat dagu. "Lo mau buat gue salto di sini?"

"Hah?"

"Ya kalau lo senyum, kan, bikin gue pengen salto."

"Jadi, kalau gue senyumin lo terus, lo juga bakal salto terus?" tanya Stevlanka menahan tawanya.

DELUSIONSWhere stories live. Discover now