Chapter 2- Lilin lebah mencekam

264 91 88
                                    

Lilin lebah mencekam

"Vla nggak peduli Ayah perhatian atau enggak. Tapi Vla nggak pernah bohong."- Stevlanka

Dengan tatapan menunduk, Stevlanka berjalan melewati gerbang sekolah. Jika siswa yang lainnya saling bergurau satu sama lain, tidak dengan Stevlanka. Bahkan teman-temannya pun tidak pernah menganggap Stevlanka itu ada. Selalu diacuhkan, diasingkan, dan dianggap siswa paling menyeramkan. Bahkan terlintas pada benaknya, bagaimana rasanya memiliki teman sejati. Namun, itu hanya sekedar angan belaka.

Mata pelajaran pada jam pertama hari ini adalah Kimia, semua siswa kelas XII IPA A, yaitu kelas Stevlanka menuju ke Laboraturium Kimia. Para murid bersama kelompok yang sudah dibentuk sebelumnya, menuju meja yang di depannya sudah terdapat peralatan uji coba. Stevlanka berkelompok dengan gadis yang paling berkuasa di sekolah ini, yaitu Karisma, Tiana, dan Raya. Hari yang buruk bagi Stevlanka jika harus berurusan dengan ketiga orang itu.

"Woy!" sentak Karisma tertuju pada Stevlanka. "Gue minta lo yang bener buat larutannya. Awas aja kalau sampai gagal dan nilai gue jelek. Gue bakal kasih lo perhitungan." Dengan sangat ketus lontaran kalimatnya.

"Bener yang dibilang Karisma, awas aja kalo lo bikin kesalahan," sahut Tiana.

Guru kimia menjelaskan materi yang akan digunakan untuk melakukan uji coba. Semua mata tertuju pada guru itu, kecuali Karisma, Tiana, dan Raya. Ingin sekali Stevlanka berteriak menyuruh mereka diam. Namun, ia tidak memiliki keberanian untuk itu. Berkali-kali Stevlanka memejamkan matanya dan menghela napas panjang berusaha untuk sabar. Guru Kimia telah mempersilahkan para murid mencoba uji coba mereka.

Dengan sangat yakin gadis berambut panjang itu mencampurkan satu persatu larutan yang ada. Tidak butuh waktu lama kelompoknya-lah yang menyelesaikan tugas itu dan tentunya dengan nilai yang tinggi. Dengan senaknya Karisma bilang pada Guru Kimia jika ialah yang menyelesaikan uji coba itu. Padahal yang sebenarnya adalah Stevlanka. Hal seperti ini sudah sering terjadi. Semua pujian diberikan untuk Karisma.

Pelajaran Kimia telah usai, semua murid kembali ke kelas mereka. Karena hari ini adalah piket harian kelompok Stevlanka, maka mereka berempat tinggal di Laboraturium Kimia.

"Kalian bersihkan tempat ini, ya, dan hati-hati," kata Guru Kimia. Empat gadis itu mengangguk. Saat Guru itu keluar kelas, barulah Karisma memulaikan perannya.

"Vla, beresin, ya? Ini, kan, tugas lo." Karisma tersenyum miring.

"Kar, kan, kita piketnya bareng, nggak mungkin aja gue yang beresin ini semua," kata Stevlanka tidak terima.

"Diam dan kerjakan. Biasanya juga lo!" Tiana mendorong tubuh pundak Stevlanka, hingga Stevlanka sedikit tersungkur ke belakang.

"Lo itu ditakdirin untuk ditindas. Jadi jangan macam-macam sama kita!" sahut Raya. Mereka bertiga berdiri tepat di hadapan Stevlanka. Stevlanka memandang ketiga gadis itu dengan was-was.

Karisma tersenyum miring. "Enaknya kita kasih hadiah apa, ya, buat cewek ini?" Stevlanka membulatkan matanya. Inilah jadinya jika ia sedikit saja membalas perkataan Karisma. Dan kini ia menyesal telah membantah. Lebih baik ia diam saja tadi.

"Gimana kalo kita siram wajahnya itu pake larutan yang ia bikin tadi. Itung-itung buat hadiah hasil kerjanya. Ya, nggak?" Tiana tersenyum licik. Raya melebarkan matanya memandang Tiana, sepertinya ia kurang setuju dengan ide gila itu.

Stevlanka menggelengkan kepalanya dengan mata yeng memerah. Karisma membalikkan badannya mengambil larutan itu. Jantung Stevlanka semakin berdetak tidak karuan. Karisma kembali berjalan mendekati Stevlanka yang ketakutan.

DELUSIONSWhere stories live. Discover now