Chapter 17 - Terungkap

105 35 42
                                    

Terungkap

"Gue udah bilang sama lo, jangan pernah usik masa lalu gue. Tapi lo tetap aja melakukannya. Ini semua terjadi karena lo!" - Caya.

Setiap manusia pandai berkilah. Dari tindakan ataupun perkataan. Kemarin meraung menangis, kini tertawa seperti tidak ada kepedihan. Kemarin enggan untuk sekedar tersenyum, kini seolah senyuman itu harus terlihat. Begitu menyedihkan hidup dalam kepura-puraan. Stevlanka begitu kagum dengan orang-orang seperti itu. Mampu berpura-pura seolah semua hal berjalan dengan baik-baik. Nyatanya Stevlanka tidak sekuat itu. Sebagian lukanya kemarin masih ia pikul.

Namun, Stevlanka tersadar larut dalam lukanya akan semakin memperburuk keadaan. Meskipun hampir tidak sanggup, ia memusnahkan jauh-jauh keinginan gila itu. Ia memiliki tujuan untuk bertahan hidup sekarang.

Selama pelajaran Stevlanka sangat berusaha keras untuk tetap berada di jalur. Pikirannya berkelana bagaimana caranya ia mencari psikopat gila yang telah melukai Ardanu. Dua jam sebelum bel pulang sekolah akhirnya Stevlanka mendapatkan rencana. Pelaku adalah murid SMA ANGKASA BIRU, Stevlanka yakin dengan itu. Dan ia akan melihat semua absensi kelas dua belas.

Entah bolos atau pun izin, Stevlanka harus mengumpulkan nama-nama itu. Kelas dua belas terdiri dari enam kelas, yaitu tiga kelas IPA dan tiga kelas IPS.

Untuk yang pertama, ia menuju kelasnya untuk memastikan. Dan hasilnya nihil. Kemudian, Stevlanka menuju ke kelas dua belas IPA A, dan ternyata hasilnya sama dengan kelas IPA B—kelasnya sendiri. Untuk kelas IPA C ada beberapa murid yang izin tetapi hanya dispen di jam pertengahan. Itu artinya, dia bukan pelaku karena sang pelaku pasti izin di jam pertama jika ia memilih untuk tetap berangkat sekolah di hari itu. Stevlanka keluar dengan wajah letihnya. Rencana ini entah akan membantunya atau tidak Stevlanka tidak tahu. Masih ada kelas IPS.

Karena yang pertama Stevlanka lalui adalah kelas IPS C, Stevlanka memasuki kelas itu. Jurnal absensi kelas ia lihat dengan hati-hati. Matanya melebar ketika melihat tanda izin, jarinya bergeser ke arah barisan nama. Namun, pemilik nama itu bukanlah laki-laki, tetapi perempuan. Lagi-lagi ia mendesah kecewa.

Stevlanka melangkahkan kakinya keluar. Melihat langit yang sebentar lagi akan berganti kegelapan. Stevlanka mempercepat langkahnya untuk menuju ke kelas IPS B. Kelas itu adalah kelas Caya sendiri.

Ketika hendak membuka pintu, tangannya berhenti seketika. Satya dan beberapa temannya berjalan keluar munuju pintu. Buru-buru Stvelanka sembunyi di balik dinding. Kelas IPS B terpisah dengan kelas IPS C. Dan Stevlanka bersembunyi di samping kelas Satya—di dekat tempat sampah. Stevlanka melupakan Satya yang satu kelas dengan Caya.

Satya dan kedua temannya tertawa melangkah keluar.

"Anjir, kalah mulu gue," kata Boni.

"Lo harus traktir kita sesuai perjanjian," sahut teman Satya satu lagi. "Ya, nggak, Sat?"

"Yoi." Satya memberi tanggapan.

Setelah mereka berjalan lumayan jauh, Stevlanka barulah berani menampakkan diri. Ia memastikan, mereka semua sudah benar-benar pergi. Kemudian Stevanka masuk ke dalam kelas. Ia menuju ke meja guru, mencari jurnal absensi. Dan akhirnya dapat, tak mau lama-lama ia membuka buku itu. Telunjuknya bergerak kebawah, dan ia menemukan satu alpa di sana. Stevlanka melebarkan mataya, melihat siapa nama itu.

"Satya," gumam Stevlanka. Ia menelan salivanya. Stevlanka kembali mengingat, bagaimana bentuk tubuh orang yang bersama Caya di gudang. Berbeda dengan keperawakan Satya. Satya lebih berisi dari pada sang pelaku. Dan suaranya, Stevlanka tidak bisa memastikan dengan benar.

Ia kembali melihat absensi, beberapa nama juga izin dan semuanya perempuan. Stevlanka terpaksa keluar dengan rasa tidak puas. Jika hanya menggunakan bukti ini tidak akan cukup untuk membuktikan jika Satya pelakunya. Stevlanka ingin beranjak ke kelas IPS A, namun langkahnya terhenti karena melihat Satya yang berjalan ke arahnya sambil mengorek isi tasnya.

DELUSIONSWhere stories live. Discover now