Chapter 9-Tuturan Menyayat Hati

107 48 47
                                    

Tuturan menyayat hati

"Gue benci sama diri gue sendiri. Gue benci sama tangan ini."- Stevlanka

"Vla, lo kenapa, sih?" tanya Cantika membuyarkan lamunan Stevlanka. Sejak tadi pagi Stevlanka hanya diam melamun.

"Gue lihat lo sering banget, deh, melamun?" tanya Cantika. "Nggak baik tahu!"

Stevlanka tersenyum tipis. Mereka tidak berani banyak berbicara. Karena saat ini mereka berada dalam jam pelajaran. Stevlanka tidak bisa fokus dari tadi. Pikirannya mengarah pada gadis yang ia temui di toilet. Gadis itu hadir dalam mimpinya belum lama ini. Entah kenapa Stevlanka sering bermimpi kejadian-kejadian aneh. Banyak orang-orang yang tidak ia kenali. Karena tidak menganggunya, Stevlanka memilih untuk melupakan. Bahkan ia hampir lupa mimpinya tentang gadis di gudang itu. Ketika bertemu secara langsung, mimpi itu kembali terputar di kepalanya. Gadis bernama Caya beberapa kali muncul di mimpinya. Dan selalu saja berisi tentang bagaimana ia tersiksa di dalam gudang.

"Astaga," gumam Stevlanka. Stevlanka menyadari akan satu hal. Ia menoleh ke arah Ardanu. Laki-laki itu sedang menopang kepalanya, tampak tidak bersemangat.

Kalo Ardanu bisa mimpi masa depan, apa gue juga bisa? Stevlanka membuat pemikiran dalam benaknya. Apa mungkin itu bisa terjadi? Stevlanka memijat pelipisnya yang terasa pusing.

Ketika jam istirahat, Stevlanka menuruti ajakan Cantika untuk makan di kantin. Tidak enak jika ia selalu menolak.

"Dan, sini! Duduk bareng kita," seru Cantika membuat Stevlanka mendongakkan kepala mengikuti arah pandang Cantika. Ternyata ada Ardanu di belakangnya. Laki-laki itu menatap sejenak Stevlanka. Dengan senang hati ia mendekat. Memilih duduk di depan Stevlanka.

"Temen lo yang satu lagi kok nggak ikut?" tanya Cantika tanpa menatap Ardanu. Ia meraih minuman, lalu ia teguk.

"Kenapa lo nyariin? Kangen?" Ardanu tersenyum miring.

"Dih! Amit-amit." Cantika berteriak histeris.

"Lo cocok sama Bara, kok, Can," sahut Stevlanka tersenyum. Cantika melebarkan matanya menatap Stevlanka.

"Iya. Dan lo cocok sama gue, Vla," tambah Ardanu tersenyum jahil. Stevlanka menghilangkan senyumnya.

"Bener, nggak, Can?" Ardanu mengangkat satu alisnya. Bertanya pada Cantika.

"Mimpi lo! Stevlanka mana mau sama lo." Jawabannya membuat raut wajah Ardanu kesal. Tak lama ia mengubah menjadi tersenyum memandang Stevlanka.

Selama makan Stevlanka menjadi risih karena berulang kali ia memergoki Ardanu yang mentapnya secara terang-terangan. Dan yang lebih menyebalkan laki-laki itu terus tersenyum. Stevlanka tidak tahan. Ia menyudahi makannya dan memilih meninggalkan meja itu.

"Can, gue duluan, ya."

Cantika mendongak. Belum mendapatkan jawaban dari Cantika Stevlanka sudah meninggalkan kantin terlebih dahulu. Cantika ingin mengatakan sesuatu namun di mulutnya masih mengunyah makanan.

"Yah, kok gue ditinggalin, sih?" keluh Cantika setelah menelan makanan yang ada di mulutnya. Tanpa mengatakan apa pun, Ardanu juga beranjak meninggalkan Cantika. Bedanya ia langsung berlari begitu saja setelah meneguk minumannya.

"Oke, gue sendirian nggak papa." Ia masih melanjutkan aktivitasnya. Tidak peduli dengan kedua temannya. Urusan perutnya harus yang utama.

Ardanu mencari-cari keberadaan Stevlanka. Padahal belum lama gadis itu meninggalkan kantin. Ardanu mengedarkan pandangannya. Dan tak lama Ardanu melihat Stevlanka yang sedang berjalan. Ardanu mengikuti saja dari belakang.

DELUSIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang