Chapter 1- Pembendung

756 105 160
                                    

Pembendung

"Siapa pun lo, lo udah menyelamatkan gue malam ini."- Stevlanka

Arus udara berdesir menerobos liang renik, meremang bulu kuduk kian menjadi. Pohon-pohon melambai tak beraturan, dedaunan rontok dari ranting. Tak terlihat lintang berpendar, rembulan pun sama halnya. Rinai hujan siap mengucuri bumi. Bercak rinai itu dengan lambat masuk pada pori-pori seorang gadis. Sepasang kakinya berjalan cepat kesana-kemari. Tak menentu arah jalannya. Mengedarkan tatapan mata di sekeliling, napasnya terengah-engah. Stevlanka menggunakan kedua tangan untuk mencengkram kuat kepalanya yang terasa pening. Ia berulang kali menghela napas panjang-panjang. Ia membutuhkan oksigen yang lebih banyak dari ini.

Mata sendu itu berkaca-kaca, segera ingin membeludakkan tangisnya. Kaki yang tadinya berlari-lari kecil, kini tertahan. Indra pendengarannya pun menangkap suara langkah kaki yang terseret. Menghentikan pijakan kakinya, lalu membalikkan tubuh ke belakang. Namun, kosong tak ada apa pun.

Sebisa mungkin menapis pikiran negatifnya, ia memilih untuk melanjutkan langkah kakinya. Hingga tiba-tiba sepasang matanya menangkap sosok gadis menyeramkan dengan rambut tergerai menutupi wajahnya, dress merah maroon yang dikenakan. Walaupun gelap, dengan sinar lampu jalanan meremang mampu memperlihatkan bercak luka penuh darah pada tubuh sosok itu.

Stevlanka kini telah menutup matanya rapat-rapat, seolah enggan untuk memandang apa yang ia lihat. Menggelengkan kepalanya dan terus menangis, napasnya semakin tersengal-sengal dengan mata yang masih tertutup.

Sosok memakai dress merah maroon itu tak berucap. Terseok-seok mendekati Stevlanka. Sementara gadis itu menutup telinga dengan kedua tangannya. Air matanya terus saja mengucur. Di saat seperti ini siapa yang akan menolongnya? Badannya gemetar hebat karena rasa takut yang menggila. Peluh dingin bercucuran.

"Enggak! Pergi gue mohon!" pekik Stevlanka hingga menggema pada jalanan sepi. Suaranya tak kalah dengan desiran angin. Jika saja ia mempunyai magic dan menghilang dari bumi, pasti ia akan lakukan sekarang juga. Ia muak dengan penderitannya selama ini, seakan Tuhan tidak memberikan dirinya tersenyum walaupun hanya sekelebat. Rasa takut telah merahap setiap hembusan napasnya. Hanya ada tangisan pilu seperti saat ini.

Karena kakinya yang lemas, Stevlanka tumbang di atas aspal jalanan. Ia berada di tengah jalan. Tepat setelah itu, sebuah binar cahaya yang amat kentara, menyuar malam yang begitu gelap pekat. Bukan binar cahaya dari sang penyihir yang siap menyelamatkan Stevlanka seperti pada film fantasi. Melainkan cahaya lampu mobil tepat di hadapan gadis yang tengah duduk dengan kedua tangan menutup telinganya. Stevlanka tidak menyadari akan kehadiran mobil itu. Pikirannya entah ke mana, matanya tertutup rapat-rapat. Tak ingin melihat wajah penuh darah itu.

Pintu mobil perlahan terbuka, munculah seorang laki-laki dengan rambutnya yang tersunggar rapi, berkulit putih dan lensa mata hitam pekat yang menambah paras tampan. Matanya menyipit saat melihat seorang gadis yang duduk di depan mobilnya. Jika ia tidak tepat menginjak rem mobil, mungkin gadis itu sudah terlindas. Laki-laki itu tersadar jika gadis yang ia lihat tengah menangis. Dengan langkah cepat ia menghampirinya, ikut duduk sejajar dengan Stevlanka. Menepuk pundak gadis itu.

"Hey, are you okay?" tanya laki-laki itu sembari mengelus puncak rambut Stevlanka. Perlahan ia membuka matanya, mendongakkan kepala menatap sosok yang ada di hadapannya. Bermata hitam pekat, hidung yang runcing, dan rambut yang tersunggar rapi. Apa yang ia lihat saat ini? Bukankah tadi ia melihat sosok menyeramkan? Lalu mengapa berubah menjadi sosok yang hampir mendekati kata sempurna?

Stevlanka diam tak menjawab, ia hanya bisa memandang laki-laki itu. Stevlanka tidak bisa berpikir lagi, ia memberanikan diri memeluk erat laki-laki itu, dan memecahkan tangisannya. Laki-laki itu membalas pelukan Stevlanka. Mengelus puncak rambut panjangnya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya yang terjadi, namun yang jelas gadis itu sangat ketakutan.

DELUSIONSWhere stories live. Discover now