[PROLOG]

4.8K 245 103
                                    

Plak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plak

"Hah, sialan. Kenapa ayah mau menerima manusia rendahan seperti dia?" tanya seorang gadis berambut lurus sebahu berwarna brunette dengan wajah jijiknya sembari mengelap telapak tangan kanannya menggunakan sapu tangannya setelah menampar gadis di hadapannya.

Lalu dia melempar satu tangan itu pada gadis di hadapannya. "Masih ada tiga puluh menit lagi sebelum masuk jam belajar," sahut gadis lainnya tersenyum miring dengan rambut hitam potongan layer sebahu.

Gadis berambut brunette tersebut menoleh ke teman-temannya sembari tersenyum menyeringai, "Waktu kita bermain bebas, girls."

"Jadi, apa yang kita lakukan untuk hari ini?" tanya gadis berambut hitam dengan potong bob berponi.

Di dunia ini, ada tiga dosa besar.

"Bagaimana dengan mendengar ceritanya terlebih dulu?" usul gadis berambut hitam pendek dengan potongan wavy.

"Ide yang bagus, Mira. Kita sebagai teman yang baik harus mendengarkan kesulitannya terlebih dahulu." kata gadis berambut hitam panjang sebahu dengan potongan U layer, dia mencengkram kedua bahu gadis yang tertampar tadi.

"Sheina, kau harus duduk dulu." ujarnya tersenyum miring sambil menendang tulang kering kanannya hingga gadis di hadapannya kehilangan keseimbangan dan jatuh bersimpuh menelan kesakitannya.

"Lida, kenapa kau menendangnya?" tanya gadis berambut brunette tersebut mendekati keduanya dengan ekspresi penuh tanya. Lalu senyum jahat terbit di bibir tipisnya, "Harusnya kau menendangnya."

Yang pertama adalah lemah.

Bugh

Gadis berambut brunette sebahu itu menendang keras perut gadis di hadapannya hingga dia jatuh berbaring memegangi perutnya tanpa menyembunyikan erangannya, "Akkhhh ...."

"Adelya, kau menendangnya terlalu kuat." tegur gadis berambut bob berponi itu.

Adelya—gadis berambut brunette lurus sebahu—langsung berbalik sambil memutar bola matanya, "Maya, tidak usah munafik padahal kau juga lebih parah dari aku."

"Tapi aku tidak separah kau, Adelya." balas Maya cepat—gadis berambut hitam bob berponi—tersenyum penuh kemenangan.

"Hei, kita disuruh berkumpul ke lapangan." ujar Desti—gadis berambut hitam layer sebahu—mendongak ke arah teman-temannya setelah mendapatkan pengumuman dari ponselnya. Dia mengunyah permen loli dalam mulutnya.

"Desti, kau membuatku tidak mendengar ucapan Sheina." kata Lida menatap Desti tajam, lalu dia berjongkok melihat Sheina—gadis yang ditampar—menahan rasa sakit di perutnya. Lida tersenyum, "Sheina, tadi kau bilang apa?"

"Ha-hampir ja-jam ma-suk ...." lirihnya dengan suara kecil, namun masih dapat Lida dengar.

Adelya menyalakan puntung rokoknya, lalu dia menghirupnya sejenak dan menghembuskan asapnya melalui mulutnya. "Apa dia bilang?" tanya Adelnya tanpa rasa bersalahnya.

Who is She? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang