[24] - Chandra dan Sheina

919 81 5
                                    

"Pftt

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pftt ...Sheina, apakah kau membawa seragam tambahan? Jangan membuat ruang kelas berbau busuk air pel," ledek Lida tertawa setelah menyiramkan seember air kotor bekas pel.

"Teman-teman, waktu sudah habis." peringat Maya membuat keempat gadis lainnya—Adelya, Mira, Desti, dan Lida—menoleh ke arahnya.

"Ayo," perintah Adelya menurunkan pandangannya menatap Sheina dan berbalik lebih dulu, dia melangkah pergi diikuti yang lainnya.

Sheina menghela napas panjang sembari membersihkan wajahnya dari air bekas pel yang mengalir membasahi wajahnya. Sebuah langkah kaki terdengar mendekat ke arahnya membuatnya mendongak dan menatap pemilik langkah kaki tersebut.

Seorang lelaki bertubuh jangkung namun kurus berdiri tepat di hadapannya dengan wajah penuh rasa bersalah, dia menggigit bibirnya menahan perasaan kesal, benci, dan sedih.

"Chandra ...." lirih Sheina tersenyum kecil.

Chandra mengulurkan tangannya, "Ayo, bersihkan dirimu dulu."

"Terima kasih ...." ucap Sheina perlahan bangkit dari posisinya dan berjalan tertatih-tatih, Chandra menuntunnya menuju toilet perempuan. Sheina masuk ke dalam toilet, sedangkan Chandra menunggunya di pintu masuk.

Setelah masuk di bilik toilet, Sheina membuka seragamnya dan mencucinya dengan sabun. "Semoga baunya gak tertinggal ...." gumam Sheina menyiram seragamnya dan memelintirnya. Dia melakukan hal yang sama dengan rambut dan roknya.

Sheina mengibas-ibas kencang seragamnya dan kembali memakainya, lalu dia berjalan keluar dari bilik toilet. Sheina berhenti tepat di depan pintu toilet, dia menarik napas dalam dan menghembuskannya.

Lalu dia membuka pintu toilet, netra coklatnya menangkap sosok Chandra yang bersender di dinding menunggunya, lelaki itu menoleh sejenak dan memutar kepalanya sembari mengulurkan tangannya. Sheina menurunkan pandangannya pada tubuhnya, lalu wajahnya memerah begitu sadar pakaian dalamnya terlihat.

"Ekhm ...." Sheina berdehem malu dan meraih uluran tangan Chandra.

Keduanya berjalan ke bagian sayap kiri gedung sekolah, melewati lorong yang sepi tanpa satu pandangan mata mengarah pada mereka. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar dan debaran jantung yang hanya bisa mereka dengar pada telinga mereka sendiri.

Chandra membuka salah satu ruangan, lebih tepatnya gudang bekas ruang kesenian dulu, hanya itu satu-satunya tempat teraman bagi mereka berdua berinteraksi tanpa dilihat siapa pun. Jadi, mereka bisa leluasa memakai gudang tersebut sebagai tempat persembunyian.

Dari orang-orang yang kejam, ketidakadilan dunia, dan ketidakberdayaan mereka.

Chandra mendudukkan Sheina, dia berbalik membuka seragamnya, meninggalkan kaos putih polos yang melekat pada tubuhnya. Chandra memakaikan seragamnya menutupi tubuh bagian atas Sheina yang tembus pandang.

Who is She? [END]Where stories live. Discover now