[18] - Lovers

1.1K 106 30
                                    

Sheina berjalan sembari memegang tasnya dengan erat, dia berjalan hati-hati sembari mengedarkan pandangannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sheina berjalan sembari memegang tasnya dengan erat, dia berjalan hati-hati sembari mengedarkan pandangannya. Sudah setengah jam berlalu setelah pembagian rapot kelas 11 dan dia menunggu selama itu agar sekolah sepi.

Perlahan dia mengintip di balik pohon besar yang mampu menyembunyikan tubuhnya, dia mengintip ke arah pintu belakang sekolah secara waspada. Untuk menghindari Adelya, dia rela menunggu setengah jam agar bisa keluar melalui pintu belakang sekolah.

Karena percuma baginya melarikan diri di keramaian anak sekolah lainnya, Adelya mampu menangkapnya dan tidak akan ada yang menolongnya. Satu-satunya kesempatan melarikan diri adalah setiap pembagian rapot sekolah.

Melihat keadaan yang aman, Sheina segera berlari ke belakang gedung sekolah. Samar-samar dia mendengar suara langkah kaki, "Aduh, jangan bilang ketahuan?"

Sheina mengedarkan pandangannya dan menangkap beberapa meja rongsokan yang belum dibuang, tanpa membuang waktu dia bersembunyi di balik meja itu dan menutup mulutnya dengan tegang.

"Mira! Bagaimana jika Mama melihat kita?" pekik Desti panik dengan suara serendah mungkin, namun suasana belakang sekolah yang sepi membuat suaranya terdengar nyaring.

Napas Sheina tercekat, tangannya refleks bergetar ketakutan, namun dia tidak berani bergerak sedikit pun. Keringat dingin mulai membasahi wajahnya, dari suaranya mungkin Mira dan Desti berdiri tidak jauh darinya.

"Maka dari itu aku menarikmu ke sini ...." ujar Mira terkekeh geli.

"Ugh, kau ini tidak jera sekali. Kita bahkan hampir ketahuan saat belajar bersama waktu itu, kamu mau aku dipindahkan sekolah, ya?" gerutu Desti mendengus kesal.

Sheina yang mendengar itu mengernyitkan keningnya bingung, Kamu? Seingatku mereka tidak pernah saling memanggil aku-kamu ....

Mira tersenyum, dia mengelus puncak kepala Desti lalu turun membelai wajahnya. "Tidak mungkin, karena ini sekolah terbaik. Omong-omong, bagaimana jika liburan kali ini bermain di rumahku?"

"Tidak bisa, aku akan berangkat ke luar negeri mengunjungi keluarga Papa." jawab Desti dengan lesu.

Mira menaikkan sebelah alisnya, "Lagi? Seakan-akan tiap liburan kamu menghabiskan liburanmu di sana, memangnya kamu tidak pernah bilang ingin tetap di sini? Kamu senang berjauhan denganku?"

Kedua netra coklat Sheina melebar secara terkejut, percakapan yang terdengar sangat aneh untuk dibilang percakapan antar teman. Terlebih panggilan lembut, berbeda dengan biasanya membuat Sheina menyadari suatu hal.

"Aku sudah mengatakannya, Sayang. Siapa juga yang suka berjauhan denganmu?" keluh Desti memeluk pinggang Mira sembari menatap wajah gadis di hadapannya dengan sedih.

"Tapi katanya bibi di sana jatuh sakit dan ingin bertemu denganku, padahal aku berniat menghabiskan liburan denganmu ...."

Panggilan Desti memperkuat tebakan Sheina, gadis itu berkedip tidak percaya. Diam-diam dan secara perlahan, dia bergerak dengan hati-hati dan mengintip. Kedua matanya kembali melebar terkejut melihat pemandangan itu.

Who is She? [END]Where stories live. Discover now