[51] - Pria yang mencintai semestanya

837 56 8
                                    

Semesta hanya milik semesta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semesta hanya milik semesta.

Karena itu semesta mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya.

"SHEINA ISLAAAA!!!" teriaknya nyaring sembari berusaha menggapai Sheina.

Chandra jatuh terduduk lemas sembari memegangi pagar pembatas tersebut dengan pandangan kosong lurus ke depan. "Ti ...tidak, Sheina ...." lirih Chandra tidak bisa menerima apa yang terjadi di depan matanya.

Nyaris. Padahal tinggal sedikit lagi, dia bisa meraih seragam yang dikenakan gadis itu. Padahal tinggal sedikit dia bisa menahan gadis itu tetap hidup. Tetap bernapas dan tersenyum. Tetap bertahan.

Perlahan Chandra menurunkan pandangannya dan dia melihatnya. Tubuh yang bersimbah darah dikelilingi orang-orang, guru-guru mulai mengamankan tubuhnya agar tidak ada yang mendekat. Terasa sesuatu mengganjal di tenggorokannya hingga tidak bisa bersuara.

"Hah ...ha ...aaahh ...Sheina ...." Chandra memegangi dadanya yang terasa sesak dengan airmata yang membanjiri wajahnya.

Padahal dia sudah mengatakannya, gadis itu tidak perlu mengejar semesta. Sheina tidak boleh mengejar semesta sampai tugasnya selesai, namun apakah tugas itu dapat diselesaikan oleh gadis itu yang terus disakiti oleh manusia dalam semesta ini?

"AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHH!" teriak Chandra memukuli lantai rooftop sebagai pelampiasan kesedihan dalam dirinya.

Siapa yang harus dia salahkan?

Manusia kejam di sekitar Sheina?

Semesta yang mengambil kembali apa yang menjadi miliknya?

Atau dirinya yang tidak berusaha lebih keras untuk melindunginya?

Benar itu dosanya, ketidakmampuannya untuk bertindak lebih cepat.

Mulutnya yang penuh dosa mengucapkan omong kosong untuk menumbuhkan harapan Sheina terhadap dunia yang tidak memberikan peluang untuknya bahagia, sungguh manusia yang lebih menjijikan daripada penjahat yang melukainya, itulah kesalahan Chandra.

Itu dosa besar yang Chandra miliki dalam hidupnya.

Chandra menatap kosong dengan airmata yang masih mengalir pada langit biru yang cerah di atasnya, berbeda dengan hatinya yang diselimuti kepiluan akibat kehilangan orang tercintanya tepat di depan matanya. Banyak penyesalan yang menyergap dirinya selama dia menghabiskan energinya untuk menangisi kematian Sheina.

"Ya, ini hukuman untukku, kan? TAPI HUKUMAN INI TERLALU KEJAM! SEBAIKNYA AMBIL JUGA NYAWAKU! JANGAN HANYA MENGAMBIL SHEINA!!" teriak Chandra penuh amarah dengan urat-urat leher yang timbul di permukaan kulitnya.

Dia tahu, teriakkannya sia-sia. Tidak ada yang mendengar, tidak ada yang memedulikannya. Tidak ada yang bisa dia lakukan.

"Padahal ...Sheina pantas mendapatkan kebahagiaan daripada penderitaan yang dia alami. Apa tidak bisakah dia? Dia sudah membenci dunia ini ...." lirih Chandra menangis menutupi wajahnya. Tiba-tiba Chandra menatap kedua tangannya.

Who is She? [END]Where stories live. Discover now