[EPILOG]

1.4K 87 24
                                    

Sheyna hanya berdiri di antara hujan yang menangis untuknya, menatap kosong ke arah jalanan dengan ponselnya yang tergeletak retak namun masih menyala menampilkan ruang obrolannya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Sheyna hanya berdiri di antara hujan yang menangis untuknya, menatap kosong ke arah jalanan dengan ponselnya yang tergeletak retak namun masih menyala menampilkan ruang obrolannya.

|Nona Sheina meninggal dunia.

Perasaan Sheyna campur aduk, kakinya bergetar seolah-olah tak mampu menahan tubuhnya, namun dia masih berdiri. Sheyna segera berlari menembus hujan menuju komplek perumahan dimana Sheina tinggali.

Sepi. Hal pertama yang menyambutnya, namun mobil jenazah terparkir rapi di perkarangan rumah Sheina. Sheyna terus berlari hingga tepat di depan rumah Sheina, petugas medis mengembalikan jasadnya lalu pergi begitu saja seolah-olah jasadnya adalah barang rongsokan yang patut dibuang.

"Shei-Sheina ...." lirih Sheyna dengan suara yang bergetar, dia berjalan masuk tanpa peduli jika ditangkap karena menerobos masuk tanpa izin.

Jasad yang berlapis kain putih menutupi dari kepala hingga kaki, Sheyna bersimpuh lutut dan mendekati tubuh tak bernyawa itu. Dia ingin memastikannya, bisa saja suruhannya melakukan kesalahan dengan bercanda seperti itu.

Jemarinya yang bergetar menarik sedikit kain putih tersebut, memperlihatkan sedikit demi sedikit rupa pemilik tubuh itu. Mata yang terpejam sempurna tanpa deru napas, hanya dingin dan biru yang dia rasakan.

Itu bukan candaan.

Sheina Isla benar-benar meninggal.

Meninggalkannya sendiri dalam gelapnya dunia.

Mentarinya pun sirna.

"Sheina ...tidak, berhenti bercanda. Kamu bohong, kan? Kamu sudah berjanji padaku, kamu akan bertahan sampai aku kembali. Ayolah bangun, Sheina. Aku sudah kembali, aku pulang ...." gumam Sheyna menggoyangkan tubuh dingin dan kaku tersebut.

Tangisannya pecah, Sheyna menangis histeris menyebut nama Sheina berulang kali. Namun gadis di hadapannya tidak kunjung bangun, jiwanya telah lama meninggalkan raganya. Berpulang pada semesta yang telah menyiksanya dengan kejam.

"Tidak, Sheina ...kumohon, kenapa kamu begini? KENAPA KAMU MENINGGALKANKU? BANGUNLAH, SHEINA. SHEINA!" teriak Sheyna menangis histeris memeluk tubuh Sheina.

Hatinya hancur berkeping-keping, satu-satunya harapannya, orang yang dicintanya, pergi begitu saja meninggalkannya tanpa mengucapkan salam atau bahkan sekedar menitipkan pesan. Rasanya tubuhnya tak bertenaga, namun dia masih setia memeluk tubuh Sheina dengan tangisannya.

Tiba-tiba pintu rumah tersebut terbuka menampilkan pemiliknya yang tengah berjalan gontai memasuki rumah, menatapnya bingung. "Kenapa gadis sialan itu tidur? Apa dia sudah membeli minumanku? Siapa kau?" teriak pria tersebut, tak lain dan tak bukan adalah ayah Sheina.

"PENGAWAL!!!" pekik Sheyna nyaring hingga beberapa pria dewasa berjas hitam hadir di belakang ayah Sheina, memblokir jalan. Mereka sudah tiba jauh sebelum Sheyna datang ke rumah Sheina, sebab hadirnya mereka tentu saja untuk mengamankan situasi dimana pewaris Perun berangkat tanpa pemberitahuan publik.

Who is She? [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora