[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Dilarang plagiat!]
⚠Warning : Bullying, suicide, abusive words, mature content, and something about sexual.⚠
R18+
"Aku akan mengutuk kalian dengan...
"Tenanglah, tenang." ujar Mira mencoba menenangkan Desti.
"Aku akan membunuhnya!" sumpah Lida menggeram marah.
"Ada satu kepastian yang jelas, dia bukan Sheina." timpal Maya membuat teman-temannya menoleh ke arahnya dengan raut wajah kebingungan, berbeda dengan Adelya yang masih diselimuti emosi.
"Jangan sebut gadis sial itu, gara-gara dia semuanya terjadi." sungut Adelya membuat Maya mendesah berat.
"Lalu? Kau akan membunuh orang mati? Atau kau akan membuat keributan baru dengan membunuh wanita yang tersorot media belakangan ini? Itu konyol, sangat terlihat jelas kejanggalannya hingga bisa membuatmu menjadi tersangka." sarkas Maya sehingga Adelya menggertakkan giginya kesal.
"Jadi, bagaimana menurutmu yang terbaik?" tanya Mira membuat Maya menyunggingkan senyum miring.
"Biarkan saja untuk sekarang, lagipula sejauh ini dia tidak memiliki bukti kuat mengenai perundungan terhadap Sheina. Bisa saja, rekaman yang dia katakan padaku hanyalah gertakan untuk membuat kita kebingungan seperti ini."
"Maya, sebelumnya kau juga mengatakan untuk membiarkannya. Lihat apa yang terjadi? Dia semakin mengacaukan kehidupan tentram kita!" pekik Lida tidak setuju.
"Lida benar, memangnya apa yang kita dapatkan jika membiarkan dia? Bisa saja dalam kurun waktu itu dia mendapatkan bukti-bukti perundungan Sheina, bahkan saksi." Timpal Adelya membuka botol wine di tangannya.
"Benar ...dia tidak bisa dibiarkan begitu saja," imbuh Desti.
"Apa yang kau rencanakan, Maya?" tanya Mira menatap Maya tajam.
"Sumber informasi kita lebih cepat daripada dia, kita punya kunci, yaitu Adelya. Kalian sudah memulai penyelidikan mengenai Chandra dan alumni lainnya, kan?" tanya Maya balik membuat ketiga teman-temannya mengangguk, kecuali Adelya.
"Hasilnya pasti membutuhkan waktu paling lama seminggu, sedangkan aku dan Adelya paling lama tiga hari. Aku sudah menyuruh informanku mencari tahu tentangnya bahkan di luar negeri. Karena itu hasilnya belum sampai, jika Adelya mendapatkan sesuatu tentangnya, selain informasi umum ...." Maya menjeda ucapannya.
"Kita bisa menjatuhkannya dengan cara apapun." tambah Maya menciptakan keheningan pada mereka semua.
"Bagaimana kau bisa seyakin itu?" tanya Adelya menatap Maya tidak yakin.
Wanita itu tersenyum miring memandang Adelya penuh percaya diri, "Kau meragukanku? Otakku? Adelya, apa kau lupa? Siapa yang meminta gudang rooftop dan menyarankan meminta izin pada ayahmu dulu?"