[40] - Ketakutan

862 72 2
                                    

'Manajer Keuangan Horm diduga sebagai pengedar obat-obatan terlarang'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

'Manajer Keuangan Horm diduga sebagai pengedar obat-obatan terlarang'

'Manajer Keuangan Horm korupsi lebih dari 150 juta rupiah selama setahun terakhir'

'Kekasih pewaris Horm menjadi pengedar narkotika'

'Kekasih pewaris Horm ketahuan selalu mengunjungi klub malam'

'Kekasih pewaris Horm sedang berada penyelidikan pihak berwenang terkait pengedaran obat-obatan terlarang'

"Kebusukkan Horm terkuak beberapa kali, apakah ini pertanda kejatuhan perusaahan besar tersebut?" ujar Fernando membaca headline berita melalui komputernya dengan dingin.

Adelya yang berdiri tidak jauh darinya mengepalkan tangannya hingga kuku-kukunya memutih, perubahan intonasi Fernando, ayahnya dan raut wajah gelapnya membuat Adelya sudah memperkirakan apa yang akan terjadi padanya.

Willy brengsek!

Adelya mengumpat dalam hati dan dalam sekejap, sebuah gelas melayang tidak jauh melewati kepalanya membuat Adelya tertegun takut. Bunyi kaca pecah menabrak dinding dengan deruan napas berat seolah-olah terdengar nyaring di telinganya.

Adelya berkeringat dingin, wajahnya nyaris hancur karena ayahnya sendiri jika Fernando tidak melesetkan lemparannya.

"LIHAT TIKUS ITU! SEJAK AWAL AKU SUDAH TIDAK SETUJU BEGITU MELIHATNYA, SEKARANG PERBUATANNYA TERUNGKAP! BAGAIMANA SEBENARNYA CARA DIRIMU MENILAI SESEORANG, ADELYA?" bentak Fernando nyaring.

"Ayah, ak-"

Prang!

Fernando kembali melemparkan gelas miliknya membuat Adelya terdiam seribu bahasa, jika dia tetap bersuara Adelya yakin, lemparan selanjutnya akan menghantam wajahnya tanpa meleset. Fernando menatap anaknya dengan dada kembang kempis, "Kau harus membereskannya sendiri kali ini. Aku tidak akan membantumu lagi, Adelya."

Kedua mata Adelya melebar begitu mendengar pernyataan ayahnya, namun dia tidak bisa membantah. Sebab ini memang salahnya, tidak. Ini semua salah wanita itu, Sheyna Ferin. Adelya mengeratkan kepalan tangannya

"Baik, Ayah ...." lirih Adelya menggigit bagian dalam bibirnya.

Adelya berjalan keluar dari ruangan Fernando dengan amarah, dia meraih ponselnya dan menghubungi beberapa nomor secara bersamaan. Begitu panggilannya diangkat, Adelya langsung berbicara dengan dingin.

"Berkumpul di tempat seperti biasa, kita benar-benar harus membunuh jalang itu."

WiS?

Who is She? [END]Where stories live. Discover now