[29] - Rencana⚠️

952 72 2
                                    

⚠️Warning : Part ini mengandung unsur dewasa seperti kata-kata vulgar, kelainan seksual, seks, kekerasan; sadis dan lain-lainnya⛔

Adelya kembali mengumpulkan teman-temannya di tempat seperti biasa, wajah khawatir sekaligus gelisah tercetak jelas pada wajah mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Adelya kembali mengumpulkan teman-temannya di tempat seperti biasa, wajah khawatir sekaligus gelisah tercetak jelas pada wajah mereka. Adelya meneguk wine-nya hingga habis dan menatap ke arah Maya.

"Kau sudah dapatkan informasi tentang Sheyna?" tanya Adelya membuat Maya menggeleng.

"Mereka bilang butuh waktu lebih lama, bagaimana denganmu?" tanya Maya balik.

"Hasilnya sama. Aku mengubah rencana kita, wanita jalang itu harus diberi pelajaran secara terang-terangan. Sama sepertinya yang berusaha menjatuhkan kita menggunakan publik," terang Adelya membuat teman-temannya menatapnya terkejut, kecuali Mira.

"Kau benar, Adelya. Sheyna tidak bisa dibiarkan begitu saja, kita tidak tahu rencana seperti apa yang sudah dia siapkan selama kita diam saja." ujar Mira mengangguk setuju, dia teringat dengan kejadian coretan lipstik di kamar mandi Desti dan juga percakapannya dengan Sheyna terakhir kalinya.

"Adelya, bukankah itu berarti kau mempertaruhkan reputasimu? Kau akan melepas itu?" tanya Maya mencoba mencegah Adelya untuk mengubah rencananya.

"Apa kau yakin, Adelya?" tanya Lida terkejut.

"Aku akan menggunakan itu untuk menghancurkannya, Maya." balas Adelya datar tanpa berniat mengubah rencananya.

"Aku juga setuju dengan pendapat Adelya, wanita itu tidak bisa dibiarkan. Kita saja masih belum tahu identitasnya yang sebenarnya, apakah dia Sheyna atau 'Sheina'. Daripada terjebak dalam lingkup abu-abu seperti ini, kita harus keluar secara paksa." timpal Desti mengangguk setuju.

Jujur saja, dia masih terganggu dengan insiden cermin di kamar mandinya. Hal itu adalah peringatan secara kasat mata bagi mereka. Kemungkinan besar 'Sheyna' mengetahui semua rahasia mereka alih-alih hanya ancaman belaka.

Walau dia belum pernah berbicara secara personal dengan Sheyna, tanpa sadar Desti merasa bulu kuduknya meremang setiap membayangkan akan menatap sepasang mata coklat jernih tersebut.

Seperti sumbu meriam yang panjang menunggu api yang kapan saja bisa dinyalakannya.

Dan Sheyna memegang api tersebut.

Mira berpikir sejenak, dia teringat dengan luka bakar yang ditunjukkan Sheyna secara sukarela. Rasa janggal dan sesak seolah-olah kekurangan oksigen memenuhi dadanya, Mira merasa dia terjebak dalam sesuatu kebenaran yang ditunjukkan Sheyna secara cuma-cuma.

Rasa ingin percaya dengan keraguan dalam dada.

"Teman-teman ... apakah kalian mengingat hari kita menyiksa Sheina? Hari Sheina bunuh diri?" tanya Mira menarik atensi teman-temannya.

Mira mendongak menatap ekspresi teman-temannya dan tertegun. Hari yang sudah diberi tanda agar tidak disebutkan atau diingatkan, memori kelam mereka semua dengan 'Sheina', bukti terakhir kejahatan mereka semua.

Who is She? [END]Where stories live. Discover now