[22] - Anak Kecil dan Permen⚠️

1K 79 10
                                    

⚠️Warning : Part ini mengandung unsur dewasa seperti kata-kata vulgar, kelainan seksual, seks, kekerasan; sadis dan lain-lainnya⛔

⚠️Warning : Part ini mengandung unsur dewasa seperti kata-kata vulgar, kelainan seksual, seks, kekerasan; sadis dan lain-lainnya⛔

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebulan sebelum Sheina Isla bunuh diri ....

Sheina berjalan tertatih-tatih dengan seragamnya yang kotor dengan noda hitam. Bau kuah bakso yang melekat dan cairan hitam yang manis sekaligus lengket di tubuhnya membuatnya menghela napas panjang.

"Untung hari ini tidak terlalu parah ...." gumam Sheina sembari menatap seragamnya yang kotor dan lengket.

Hari ini Adelya dan teman-temannya merundungnya dengan ringan, menurutnya. Mereka hanya menumpahkan kuah bakso yang hangat pada tubuhnya dan melumuri seragamnya dengan kecap manis yang lengket.

Bagi Sheina itu tidak seberapa, terkadang bisa lebih parah yang didapatkan. Entah dia patut bersyukur atau bersedih karena masih dirundung Adelya dan teman-temannya. Dia berusaha membersihkan seragamnya, namun bau dan noda kecap itu tidak hilang.

Dia berjalan menuju gerbang belakang sekolah, walau sudah sejam berlalu sejak jam pulang sekolah, masih ada beberapa siswa-siswi yang menunggu di gerbang depan. Karena itu Sheina memilih pulang lewat gerbang belakang.

Dengan hati-hati Sheina melangkah sembari mengedarkan pandangannya, takut ada seseorang yang melihatnya. Sejak dia mengetahui rahasia Mira dan Desti, dia semakin berhati-hati untuk pulang. Pintu gerbang belakang masih tertutup rapat, tidak ada satu pun orang yang terlihat membuatnya menghela napas lega.

Sheina membuka pintu gerbang secara perlahan, lalu mengintip sebentar. Melihat keadaan yang aman, dia mulai melangkah keluar dan menutup pintu gerbang dengan hati-hati. Lalu, dia berbelok ke kiri arah jalan pulangnya.

Kriett ....

Tiba-tiba terdengar suara pintu gerbang yang terbuka membuat Sheina tanpa sadar menyembunyikan dirinya di balik pohon besar yang mampu menutupi seluruh tubuhnya. Terdengar deruman mobil yang berhenti tidak jauh darinya dan suara langkah kaki membuat Sheina menahan napasnya.

Sheina mencoba memberanikan dirinya mengintip ke sumber suara tersebut, kedua matanya melebar begitu melihat siapa pemilik langkah kaki tadi yang dia dengar.

"Lida?" gumam Sheina dengan wajah terkejutnya.

Seorang pria yang terlihat berusia kepala tiga keluar dari mobil sedan hitamnya, sedangkan Lida menghampiri pria tersebut dengan senyum lebar.

"Paman!" seru Lida menghambur pelukan kepala pria yang dia panggil paman itu.

"Sayang, bukankah hanya ada kita berdua di sini? Kenapa kamu terus memanggilku paman?" gerutu pria itu dengan wajah cemberutnya.

"Tidak boleh, Paman. Kita masih berada di lingkungan sekolah ...." jawab Lida dengan nada manja, dia melangkah mendekati pamannya dan memberikannya kecupan ringan di wajahnya.

Who is She? [END]Where stories live. Discover now