[2] - Circle

2K 169 59
                                    

Tok tok tok

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Tok tok tok

"Masuk," ucap Adelya masih berkutat dengan dokumen-dokumen di mejanya. Pintu ruangannya terbuka menampilkan sesosok pria bertubuh jangkung, namun kurus. Adelya mengangkat kepalanya dan melihat pria itu.

"Hello, are you busy?" tanya pria itu dengan senyum lebarnya.

"Ah, Willy. No, not too. Bukankah kamu bilang masih ada rapat?" tanya Adelya menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Ya, sudah selesai. Rapatnya tidak terlalu lama dan aku ingin cepat bertemu denganmu." jawab pria itu berjalan masuk dengan senyum lebarnya, dia mengelus kepala Adelya dan membungkuk mencium bibir ranum wanita itu.

"Hentikan, Willy." sela Adelya medorong tubuh pria itu. "Kita berada di sekolah dan aku tidak ingin mendapat protes karena bertindak tidak pantas." terang Adelya tersenyum tipis dan kembali fokus pada pekerjaannya.

Willyan Reno atau sering disapa dengan Willy, pria bertubuh jangkung tetapi kurus, rambut ikal dengan curtain bangs menambah ketampanannya, dan menjabat sebagai manajer keuangan di Horm Company.

Willy berdecak, dia menjatuhkan dirinya pada sofa sembari menatap Adelya bosan. "Berapa lama kamu akan berkutat dengan kertas-kertas itu?" tanya Willy membuat kekasihnya mendongak untuk kedua kalinya.

"Sebentar lagi, lalu kita pergi." jawab Adelya menatap Willy tajam, pria itu membungkam mulutnya dengan senyuman dan langsung menyibukkan dirinya dengan ponselnya. Keduanya sibuk dengan urusan masing-masing selama beberapa menit, lalu Willy membuka pembicaraan.

"Sayang, apa kamu tahu akhir-akhir ini Perun tersorot media beberapa kali? Yah, walau tidak tersorot sepertimu selama seminggu penuh." tanya Willy masih fokus membaca artikel di ponselnya.

Adelya membereskan meja kerjanya dan berjalan mendekati Willy, kekasihnya. "Perun? Aku bahkan baru mendengarnya, apa itu artikel seorang tersangka atau bagaimana?" tanya Adelya menduduki lengan sofa.

Willy mendongak padanya, "Sekolah menengah atas, tetapi dia memiliki perusahaan terpisah di luar negeri." jelas Willy membuat Adelya tersenyum remeh.

"Kenapa kamu harus mencari tahu hal-hal tidak penting itu?" Adelya memegang bahu kiri Willy dan merendahkan tubuhnya.

Willy tersenyum miring sembari menatap lamat kedua netra coklat Adelya, "Aku hanya berjaga-jaga agar menjadi kekasih yang berguna."

Adelya tersenyum miring, "Itu tidak mungkin. Karena Horm berada di atas segalanya ...."

Willy segera menarik kepala Adelya dan mencium bibir merahnya dengan intens. Adelya lebih dulu yang memutus pagutan mereka, lalu dia tersenyum, "Waktunya pergi, sayang."

"Akh ...padahal aku belum puas." gerutu Willy kesal, Adelya terkekeh dan bangkit dari posisinya.

"Ayo, mereka sudah menunggu." ujar Adelya sembari mengambil tas selempangnya. Willy bangkit dari duduknya dan merangkul pinggang ramping Adelya, dia mengeratkan pegangannya dan berbisik padanya.

Who is She? [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora