1. Flashdisk

29.3K 3.6K 66
                                    

"Akhirnya dateng juga!"

Azmi menatap jengah seorang pria yang kini menghampirinya, pria itu menepuk bahu Azmi, "kamu ini malah kelayapan, Mi. Udah ditunggu yang lain loh,"

"Aku shalat dzuhur dulu, Sain. Kamu tolong siapin bajuku aja ya,"

"Iya iya, Bos!" Ucap Husain kesal

Ya, kesal dengan sikap Azmi yang masih seenaknya saja, ia pun menuruti perkataan Azmi, menyiapkan baju yang akan Azmi pakai. Sebut saja Husain adalah sahabat sekaligus asisten Azmi, jika Husain tak menuruti perkataan Azmi, sudah pasti Azmi tak memberinya gaji.

Azmi melaksanakan shalat dzuhur seorang diri, 15 menit kemudian ia telah selesai dan memakai baju yang telah Husain siapkan, ia duduk didepan meja rias, memakai skincare nya.

"5 menit lagi mulai, Mi," ucap Husain

"Udah selesai kok,"

"Bagus deh, ditunggu di stage,"

Azmi mengangguk singkat, terakhir ia memakai peci lalu beranjak menuju stage. Dimana para juri, peserta, host, penonton, dan kru sudah bersiap-siap memulai acara.

Seperti tahun-tahun sebelumya, Azmi selalu mengisi tapping acara Hafidz Qur'an untuk bulan Ramadhan, karena ia adalah juara satu Hafidz Qur'an 12 tahun yang lalu dan ia merupakan seorang Qori dan Ustadz muda yang sering mengisi acara-acara.

Azmi membaca skripnya, ia diminta untuk melakukan sambung ayat dengan peserta yang telah lolos 5 besar.

Sampai waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, acara baru saja selesai. Azmi dan Husain memutuskan untuk langsung pulang kerumah Azmi. Tetapi sebelum itu mereka menyempatkan singgah memesan makanan yang akan dibawa pulang.

Azmi memesan 3 makanan, untuk dirinya, Husain, dan adiknya yang masih berumur 17 tahun.

"Bosen gak sih kamu Mi jadi jomblo? Kok aku bosen ya,"

Azmi melirik Husain yang memulai pembicaraan, ia menghela nafas kecil, "terus mau apa? Pacaran?" Tanya nya sarkas

"Ya gak pacaran juga, Mi. Aku kok kepikiran untuk nikah ya, umur kita juga udah 24 tahun cukup untuk nikah kan, Mi," ucap Husain

"Kamu pikir, menikah itu mudah Sain? Lagi pula mau nikah sama siapa, kita aja gak pernah deket sama cewek manapun," balas Azmi

Husain menganggukan kepalanya, "bener juga sih, tapi kan penggemarmu banyak Mi, cantik-cantik pula. Kamu bisa pilih salah satu diantara mereka, dan aku juga punya penggemar kok, walaupun gak sebanyak kamu,"

"Kalau Allah belum berkehendak, jangan dipaksa, Sain."

Pria itu terdiam, membenarkan perkataan Azmi. Ia pun memilih untuk memainkan ponsel saja.

****

Qiandra membuka totebagnya, mengeluarkan segala macam yang tadi pagi ia bawa. Ia akan merevisi kembali naskahnya sebelum benar-benar diberikan kepada Zakir.

Ia barusaja menyelesaikan shalat Isya, dan berniat untuk menyelesaikan pekerjaan. Tetapi ia terkejut ketika hanya menemukan satu flashdisk di totebagnya, kemana hard disk yang satunya?

"Aduh Ya Allah, kemana flashdisk yang satunya ya," gumamnya

Tangannya memegang flashdisk berwarna hitam itu, menyambungkan pada laptopnya, dan data-data yang terdapat di flashdisk itupun terbaca.

Ia menghela nafas bersyukur karena ia menyimpan naskahnya di flashdisk ini, tetapi ia juga takut jika flashdisk nya yang hilang itu ditemukan oleh orang tak bertanggung jawab dan akan membuka isi data dari flashdisk tersebut.

QIANDRA [END]Where stories live. Discover now