3. Mimpi

21.9K 3K 79
                                    

Satu bulan telah berlalu, Adiba benar-benar menepati perkataannya, ia belajar dengan sungguh untuk kesiapannya masuk ke perguruan tinggi impiannya. Satu minggu yang lalu ia sudah memilih perguruan tinggi yang ia inginkan dengan fakultas yang sesuai dengan passion nya, ia harus menunggu kurang lebih satu bulan lagi untuk hasil pengumumannya.

Jika tidak lolos, ia akan coba SBMPTN, jika tak lolos juga ia akan coba jalur Mandiri. Kalau memang ia tak ditakdirkan untuk lolos itu semua, ia akan mendaftar Universitas Swasta.

Orang tua dan Kakaknya tak masalah, yang mereka inginkan adalah usaha kerja keras Adiba, karena mereka yakin jika Adiba memberikan usaha yang maksimal, maka usaha pun tak akan mengkhianati hasil.

Dulu, Azmi tak mengikuti hal seperti ini. Karena ia memilih untuk mengejar beasiswa Al Azhar nya di Mesir. Azmi pun berusaha semaksimal yang ia bisa saat itu, dan usahanya tak mengkhianati hasil. Ia mendapatkan beasiswa itu.

Azmi menjadi lulusan terbaik, mendapatkan beberapa predikat dan membuat semua kerabatnya bangga padanya.

Hari ini Azmi ingin mengobrol mengenai projek berikutnya bersama Husain. Mereka sudah berjanjian di Caffe yang biasa ia datangi, dan Husain sudah berada dijalan menuju Caffe tersebut.

Azmi berpamitan pada kedua orangtuanya, Adiba yang tengah berada disana juga segera menghampiri Azmi yang hendak pergi,

"Mas Azmi tunggu!"

Azmi menghentikan langkah, menatap Adiknya, "ada apa?"

"Mas mau kemana?" Tanya Adiba

"Kan udah Mas bilang, mau ketemu Husain, bicarain pekerjaan," ucap Azmi

Adiba menampilkan deretan giginya, "sebenernya sih ada yang mau Diba omongin,"

"Mas Azmi waktu itu janji kan sama Diba, katanya Diba boleh minta apapun?" Tanya Adiba lagi

"Hmm,"

"Kalau Diba berhasil masuk Universitas impian Diba, berarti Diba boleh minta sesuatu sama Mas Azmi dong?"

Ia menatap Adiknya, "mau minta apa?"

"Temuin Diba sama Penulis Novel Sendu itu dong, yang Penulisnya misterius banget itu, Diba suka banget sama karya-karya nya,"

Azmi menatap Adiba heran, ia berdecak dan menggelengkan kepala, tak mengerti lagi mengapa Adiknya ini sangat melantur seperti ini.

Yang benar saja, Azmi disuruh menemukan Penulis dari Novel yang disukai Adiknya?

Ia memang sudah membaca Novel milik Adiknya selama Novel itu disita oleh Ayla, memang cerita itu sangat bagus, bahkan tak sampai seminggu Azmi sudah selesai membaca cerita tersebut. Tetapi bagaimana mungkin ia menemukan Penulis dari Novel itu yang sama sekali tidak menyebutkan identitas?

"Ngaco kamu," ucap Azmi dan hendak pergi, tetapi dengan cepat Adiba menghadang langkah Azmi

"Mas Azmi plis dong, kan Mas Azmi orang terkenal, punya banyak fans, kali aja kalo Mas Azmi masang insta story terus fans Mas Azmi ada yang kenal sama Penulisnya dan kasih tau siapa Penulisnya,"

Azmi berdecak kagum, "wah, kayaknya kebanyakan baca Novel, sekarang jadi pinter ngarang juga kamu Dib!"

"Mas, Diba serius loh,"

"Mas juga serius. Minggir, Husain udah nungguin dari tadi,"

Akhirnya Adiba menyingkir dari hadapan Azmi, ia mengerucutkan bibirnya menatap Azmi yang sudah pergi berlalu.

"Kakak kejam," gumamnya

****

Qiandra tersenyum seraya mengembalikan dokumen tersebut pada Zakir, pria itupun menerimanya dengan gembira,

QIANDRA [END]Where stories live. Discover now