2. Pendam

24K 3.3K 75
                                    

Azmi hanya bisa menghela nafas pasrah menuruti permintaan Adiknya, ia masih kepikiran dengan perempuan pemilik flashdisk itu, bagaimana caranya Azmi bisa bertemu perempuan itu lagi? Bahkan diapun tak tahu nama perempuan itu.

Matanya fokus pada jalanan, tangannya memegang stir mobil, dan telinganya mendengar suara cekikikan tawa Adiba yang duduk disebelahnya

Setelah membeli Novel yang di inginkan, Adiba langsung membacanya karena sangat penasaran dengan cerita Novel tersebut.

Azmi melirik Adiba, menyunggingkan senyum ketika melihat Adik yang ia sayang itu terus tertawa. Mau sejengkel apapun Azmi dengan sifat manja Adiba, jauh dilubuk hatinya ia sangat menyayangi Adik perempuannya itu.

"Mau makan apa?" Tanya Azmi

Adiba tak menyahut, ia sibuk membaca Novel di tangannya, membuat Azmi kembali kesal,

"Kalau ditanya tuh jawab, mau makan apa Adiba Humaira," ucapnya dengan suara yang lebih kencang, agar telinga Adiknya itu bisa berfungsi dengan baik.

Adiba terkesiap, ia menatap Azmi, "eh, kenapa Mas?"

"Mau makan apa?" Ulang Azmi

Gadis itu tampak berpikir, lalu menyunggingkan senyum, "Nasi Padang!" Ucapnya semangat

Azmi hanya mengangguk, dan menuju rumah makan Padang yang biasa ia datangi. Karena Nasi Padang disana adalah Nasi Padang terenak yang pernah Azmi makan.

Mobil kembali hening, Azmi tak biasa dengan keadaan hening begini, biasanya ketika di jalan bersama Husain, sahabatnya itu akan berceloteh bawel, membahas apapun tanpa kehabisan topik pembicaraan, begitupun dengan Adiknya, biasanya Adiba sangat cerewet, tapi kali ini gadis itu hanya fokus pada Novel yang baru dibelikan Azmi.

"Dib,"

Tak ada sahutan,

"Dibaaaaa," panggilnya lagi

"Hmmm,"

"Emang ceritanya seseru apa sih? Fokus banget," ucap Azmi

Adiba tetap tersenyum lebar, "seru banget, Mas. Kisah lima sahabat yang konyol banget deh,"

Pria itu mengangguk-anggukan kepala, "siapa penulisnya?"

"Nah itu dia, Mas! Diba tuh penasaran banget siapa penulis cerita ini, hebat banget deh bisa bikin cerita kayak gini. Penulisnya sembunyiin identitas, Mas,"

Azmi mengernyit, "bukannya kalau buku di setiap cover ada nama penulisnya?"

"Entah, disini gak ada nama penulis bukunya, cuma ada nama RA.NIXQL aneh banget,"

"Tapi ya Mas, katanya cerita ini endingnya sedih, dan penulisnya bakal bikin sequelnya, gak sabar Diba mau tamatin baca cerita ini dan baca sequelnya," ucapnya tanpa mengubah nada bicaranya, tetap bersemangat.

Azmi hanya pasrah mendengarkan celotehan Adiba, sepertinya ia ingin menarik ucapannya yang memulai pembicaraan sehingga membuat Adiba menjadi berceloteh ria, ia sedikit menyesal sih karena sekarang ia pusing sendiri mendengar perkataan demi perkataan Adiknya yang menurutnya tidak penting.

****

Qiandra melangkah diatas batu, lalu melangkah lagi, dan melangkah lagi dengan hati-hati, ia membawa totebag yang berisi buku-buku yang habis ia beli sebelum kesini. Ia juga membawa kantung plastik besar yang berisi nasi-nasi bungkus.

Disinilah ia sekarang, dibawah kolong jembatan. Sepuluh orang anak kecil sekitar berumur 6 sampai 11 tahun berlari kearahnya, memeluknya dengan erat.

QIANDRA [END]Where stories live. Discover now