14. Rumah Baru

21.9K 3K 86
                                    

Azmi mengerjapkan matanya, ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 4 pagi. Saat hendak bangun, ia tersadar jika Qiandra masih tertidur dipelukannya.

Rupanya gadis itu nyaman tertidur dengan lengan Azmi yang dijadikan bantalan dan wajahnya yang mengumpat di dada Azmi.

Azmi tersenyum kecil melihat wajah Qiandra yang sangat cantik, semalam Qiandra ketiduran dipelukannya, dan tak sampai 15 menit setelahnya Azmi pun ikut menyusul ke alam mimpi. Dan karena semalam hujan, gadis itu masih nyenyak sampai saat ini.

Perlahan dengan terpaksa Azmi memindahkan kepala Qiandra ke bantal. Karena ia harus bangun dan shalat Subuh di Masjid.

Setelah itu ia mengecup pucuk kepala Qiandra, aroma harum rambut Qiandra tercium sangat khas, Azmi menyukainya. Lalu ia pun beranjak untuk mandi dan bersiap-siap ke Masjid.

Adzan berkumandang, Qiandra mengerjapkan mata. Awalnya ia terkejut ketika mendapati dirinya bukan berada dikamarnya, tetapi seperdetik kemudian ia baru menyadari jika saat ini dirinya sudah menikah.

Tentu saja berada di kamar suaminya.

Qiandra mencari keberadaan Azmi, tetapi ia tak menemukannya. Ia berasumsi jika Azmi tengah shalat di Masjid. Tak pakai lama ia pun segera menuju kamar mandi untuk mandi dan melaksanakan shalat Subuh.

Pukul 5, Azmi tak kunjung pulang. Qiandra sudah menyelesaikan shalatnya dan ia bingung ingin melakukan apa. Alhasil, ia mencuci pakaian Azmi yang berada di keranjang pakaian kotor. Terdapat beberapa baju Azmi yang belum di cuci disana. Ia pun mencucinya, sekaligus mencuci piyama Azmi yang ia pinjam semalam.

Pukul 6 kurang, pintu kamar terbuka, menampakkan Azmi yang barusaja pulang. Qiandra yang barusaja selesai menyuci pun keluar kamar mandi, ia tersenyum menatap Azmi yang kini juga menatapnya.

Azmi menghampirinya, dengan cepat Qiandra menyalami tangan Azmi.

"Baru pulang?" Tanya Qiandra

Azmi mengangguk, "setiap hari kalau selesai Subuhan gak langsung pulang, tadarus bersama dulu sampai terbit, dan tadi sekalian pamitan karena besok kita kan udah pindah. Kamu udah mandi?" Jelas dan tanya Azmi memperhatikan Qiandra yang sudah rapih mengenakan abaya dan juga jilbabnya tentunya.

Padahal Azmi berharap Qiandra belum mengenakan jilbabnya, ia menyukai rambut panjang Qiandra yang sangat lembut. Saat pertama kali melihat Qiandra tak mengenakan jilbab, ia seperti sudah menikahi dua orang yang berbeda.

"Iya, maaf ya Kak, Qiandra gak bangunin Kakak buat Subuhan. Gak tau kenapa Qiandra kok telat bangun, pas bangun malah Kak Azmi udah berangkat" ucap Qiandra dengan suara yang sedih

Azmi tersenyum, "gapapa, pasti kamu kecapean karena kemarin yang dateng lumayan banyak. Oh iya, kamu abis ngapain?"

Qiandra menatap ember yang berada di tangannya dan kembali menatap Azmi, "nyuci baju,"

"Baju? Baju siapa?"

"Baju di keranjang,"

"Semuanya?"

"Iya,"

Azmi menepuk keningnya, "astaghfirullah.. itu bajuku dari 3 hari yang lalu lho, kamu cuciin?"

Qiandra hanya menganggukan kepalanya,

"Kamu gak perlu cuciin bajuku, Ra,"

Ekspresi Qiandra berubah, ia sedikit terkejut mendengar Azmi menyebut dirinya dengan belakang namanya, ia hanya tersenyum kaku,

"Ya-- gapapa kan, Kak. U--udah tugas Qia," ucapnya terbata-bata

Azmi menyadari perubahan ekspresi dan nada bicara Qiandra, ia tahu mengapa gadis itu tiba-tiba saja menjadi seperti ini. Azmi pun mengusap kepala Qiandra,

QIANDRA [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon