I T N L W I S A T U

19.2K 1.3K 91
                                    

18+ (K O T O R)

H A P P Y R E A D I N G !

          "Itu Anthony yang baru masuk?"

          Ervest menoleh ke pintu masuk cafe yang ada di arah belakangnya. Dari tempatnya duduk di outdoor, ia bisa melihat seorang lelaki memasuki indoor café yang dipisahkan dengan partisi kaca tembus pandang.

          "Baru dua hari lalu gue tolak dia." Ia hampir memekikkan makian. Lelaki bernama Anthony itu terlihat menghampiri seorang wanita di salah satu meja café.

          "Gue pikir lo suruh dia gabung ke sini, tadinya."

          "Hari ini dia lunch sama primadona lain kantor. God, how funny he is." Pria itu mencium pipi kanan-kiri wanita itu. Really, man?

          "Well, nggak ada yang salah. Lo nolak dia, dia dapat yang baru."

          Ervest tertawa. Kini ia kembali menatap sosok di hadapannya. "Cuma rentang dua hari."

          "Tetap nggak ada yang salah. Apalagi kalian nggak ada komitmen apapun sebelumnya. Gue aja putus sama yang lama hari Senin, Rabu di minggu yang sama gue udah jalan sama yang sekarang."

          And this bastard malah bangga. "Tuh kan, emang, semua pria sama aja."

          "Oh, ya?"

          "Oh, ya."

          Killian tertawa. "If all men are the same, why are you so picky then?"

          "Semua pria sama aja, kecuali ukuran mereka," tukas Ervest tak ingin argumen bodohnya dipatahkan pertanyaan itu.

          "Itu lah Ervest, 34 tahun, single karena belum nemu ukuran phallus pria yang pas. Jadi punya Anthony gimana?"

          Sambil tertawa, Ervest berdiri dari kursi café. Kaleng beer di tangan kirinya sementara tangan kanannya memasangkan rokok yang tinggal setengah batang di antara bibirnya. Ia menatap Killian yang juga menatapnya.

          "Kurang. Mungkin udah saatnya gue coba phallus pria di depan gue ini iya nggak?" Ia mengutip dompet dan handphone-nya dari meja. "Ada kemungkinan pas, kan?

          "Gue takut ini sebenernya terlalu gede, tapi nggak masalah kalau emang mau dicoba. We know that vagina is totally flexible and resilient, right." Ia merangkul ringan pinggang Ervest dan mencabut rokok dari bibir wanita itu. "Kena kemeja lo," decaknya sambil menekan ujung rokok itu ke ash pot di meja lalu menyilakan Ervest berjalan lebih dulu, mereka meninggalkan cafe.

          "So, do we have a deal, K?"

          Killian dengan enteng menggeleng. "Tunggu sampai my girlfriend bosan sama my phallus, my friend."

          Ervest tertawa.

          You heard him, Er. A friend.


B E R S A M B U N G


A/N :

Kalau di 456 kita punya bapak pejabat yang mulutnya manis dan alus bingitz, di sini kita punya a bastard yang mulutnya comberan abis. Guys, kalau nggak berkenan sama bahasanya, jangan dibaca ya.

Omong-omong, udah sejak Banyu-Rere gue pengen bikin paragraf menjorok begini, tapi ribet banget. Sekarang gue coba di sini, apakah bisa konsisten? Nggak tau.

I T N L W I #KILLER01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang