I T N L W I T I G A P U L U H E M P A T (2)

2.5K 387 53
                                    

    Church of the Sacred Heart adalah gereja di mana Ervest dan Arachi menjalani pemberkatan dan pengucapan janji pernikahan pagi ini. Di saksikan pendeta, keluarga, dan kerabat dekat, keduanya telah mengikatkan diri sebagai pasangan suami istri dan berjanji akan saling menemani sampai maut sendiri yang akan memisahkan mereka.

Killian tidak ada di antara para tamu undangan yang hadir di gereja. Beberapa yang hadir menyadari itu terutama orang-orang ES Group yang mengerti kedekatan Killian dengan Ervesten sang mempelai perempuan. Meski tidak ada yang menyuarakan pertanyaan dimana pria itu, tapi orang-orang seolah tau alasan Killian tidak muncul. Oh, atau hanya belum muncul, karena ternyata tepat setelah kedua mempelai mengucap janji, pria itu muncul.

Beberapa orang terkejut dengan kedatangannya. Oliver sampai tidak bisa menahan makian ketika lelaki itu memasuki gereja. Seandainya, ia tidak cukup waras, sudah pasti ia akan bangkit dari kursinya dan membuat gaduh moment sakral yang sedang berlangsung itu. Ia hampiri Killian. Ia maki pria itu tepat di wajahnya. Lalu ia suruh Killian kembali pulang dan menangis di ketiak ibunya. 

Bukan karena keterlambatannya, melainkankarena pria bodoh yang berengsek itu muncul dengan wajah congkak di pernikahan temannya, diapitdua wanita muda berparas dewi seolah ia raja berengsek yang tidak maukehilangan mahkotanya. Itu berengsek sekali, meski di mata Oliver dan juga orang-orang yang mengenal baik keduanya, Killian tetap hanya pria manja yangsedang patah hati ditinggal menikah wanita terdekatnya. Siapa yang tidak melihat itu?

Asean yang duduk di sebelah Oliver pun turut menoleh ke arah pintu berkat dua makian yang lolos masuk ke telinganya. "Oh, shit!" kekehnya dengan makian yang sama begitu melihat Killian bersama dua pasangannya melintasi karpet yang membentang dari pintu masuk gereja hingga ke depan altar. Sungguh pemandangan yang kaya dengan komedi. 

"Patah hatinya cowok manja ego selangit," celetuk Oliver kepada Asean ketika Killian dan dua dayang pria itu melewati barisan kursi mereka dipandu salah satu staff EO.

Tidak ada tamu yang melewatkan kesempatan untuk menoleh ketika Killian melewati mereka. Memang luar biasa sekali aksi pencurian perhatian ini. Tidak kalah dengan scenes The Rock berdansa dengan Gal Gadot yang baru Oliver lihat semalam.

"Lukanya mungkin dalem banget, Li."

"Dia sendiri yang bikin penyakit."

Asean manggut setuju, masih menahan tawa. "Udah tau sakit, obatnya malah dilepas ke orang lain." Kini keduanya sama-sama tertawa. 

Asean mendesah ketika terlihat matanya Killian sudah duduk di barisan depan, begitupun dua wanitanya. Sesuatu ikut muncul di pikirannya saat ia mencoba memahami kelakuan Killian yang absurd itu. "Ini salah satu alasan kenapa kasus kematian bunuh diri pria lebih banyak dari pada perempuan. Faktanya, ya, Li, walaupun lebih banyak wanita yang didiagnosis depresi dan ngelakuin percobaan bunuh diri, keberhasilannya lebih banyakan pria tiga kali lipat."

Oliver menoleh sejak kata bunuh diri pertama terucap dari mulut Asean. Kedua alisnya menyatu. "Korelasinya?"

"Dari jurnal yang gue baca, lebih banyak wanita depresi yang sadar dengan kondisinya. Mereka mau terbuka dan meminta bantuan ke orang lain, profesional, atau terapis. Sementara pria, apalagi punya ego selangit, terkadang nggak tau kondisi mentalnya sendiri, nggak merasa perlu terbuka karena stereotip, dan lingkungan membentuk seolah mereka cuma punya pilihan buat kelihatan fine-fine aja. Tanpa sadar tekanan mentalnya makin besar."

"Di jurnal tertulis terkadang?" tanya Oli.

"Lebih banyak. Gue lupa angka pastinya." Keduanya bertatap-tatapan cukup lama. Sampai kemudian Oliver mendengkus. "Good. Lo bikin gue khawatir sama bocah itu."

I T N L W I #KILLER01Where stories live. Discover now