I T N L W I D U A P U L U H L I M A

4.9K 720 95
                                    

       Ervest menjadi jarang sekali bertemu dengan kakaknya, Rojovan, setelah ia meninggalkan rumah Salim. Kini meski Ervest sudah kembali di dekat keluarga ini pun mereka hanya bertemu jika ada urusan yang berkaitan dengan perusahaan, selebihnya tidak. Acara keluarga Salim? Jangan harap mereka akan bertemu, mereka datang saja tidak boleh. Mereka memang tidak boleh terlihat berasal dari keluarga ini sehingga mereka tidak pernah ada di keluarga ini ketika ada publik datang, apalagi sebagai Salim.

        Ini sudah terjadi sejak awal, sejak mereka berdua masih tinggal di rumah Salim, setiap keluarga itu menggelar acara—baik penggalangan dana, makan malam menyambut pejabat atau orang-orang penting, meresmikan gedung baru, acara pertunangan atau pun pernikahan, Ervest dan Rojovan akan dipaksa tinggal di bangunan gudang yang terletak di belakang ketiga bangunan rumah, dari pagi hingga pagi berikutnya, terkadang bahkan dikunci dari luar. Nata yang melakukan itu. Nata yang menuntut suaminya agar kedua anak sialan ini dihindarkan dari orang-orang dan publik karena keduanya adalah borok keluarga.

         Borok keluarga Salim, tampaknya itu memang cocok dengan nama Ervest dan Rojovan kan.

         Kembali pada Jovan, Ervest tidak menutupi perasaannya ia cukup membenci kakaknya itu, itu mengapa ia tidak pernah menemuinya jika tanpa alasan terpaksa atau urusan perusahaan. Terutama karena kelakuan Jovan di luar sana yang begitu memalukan dan jahat, juga satu tindakannya pada Ervest saat mereka remaja dulu yang begitu kurang ajar.

         Namun pagi ini Ervest tidak tau dirinya yang malah memesan tiket penerbangan ke Jakarta, bukannya ke Singapore. Ia lebih tidak tau ketika alamat yang ia tuju adalah gedung apartment yang Jovan tempati, bukan rumah Bastian di Menteng yang akan menyambutnya lebih hangat. Dia tau sebenarnya, ada hal yang ingin ia bicarakan dengan kakaknya dalam waktu dekat ini, tapi dia tidak pernah berpikir akan mendatangi tempat tinggalnya dengan keadaan kepala dan hati kosong seperti ini ... seolah dia ke sini karena dia mencari rumah yang sudah lama tidak ia punya atau seolah rumah yang pernah dia harapkan sudah hancur semalam. Ervest tidak ingin mencari tau mana yang lebih tepat.

          Jovan menyambutnya dengan pertanyaan-pertanyaan memuakkan. Namun Ervest mengabaikannya. Wanita itu hanya langsung membuka pintu kamar Jovan dan membanting dirinya sendiri ke ranjang sebelum bersembunyi di dalam selimut.

        Ervest tau kini Jovan berdiri di hadapannya meski matanya terpejam.

       "What happened?"

      "..."

     Banyak sekali yang terjadi. Ervest merasa tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena banyaknya hal yang sudah terjadi yang sebenarnya ingin ia katakan pada orang-orang yang menanyakannya.

      "Dia bilang ibu jadi bangkai."

       "..."

      "Dia bilang aku harus mati."

       "..."

     "Dia bilang aku seperti ibu yang mengambil apa yang bukan milikku."

          Ervest dalam kesadaran yang hampir habis ketika air matanya penuh di dalam matanya yang tertutup. Semua perkataan Nata yang sebelumnya tidak menyakitinya, tiba-tiba sekarang begitu menusuknya. Dari segala arah. Membuatnya tidak bisa bergerak sedikit pun bahkan sekedar untuk membuka mata, bahkan untuk kembali menjadi Ervesten yang keras hati, ia tidak bisa.

I T N L W I #KILLER01Where stories live. Discover now