I T N L W I E M P A T B E L A S (1)

4.9K 764 36
                                    

          Setelah merasakan kepalanya penat seharian—terutama karena harus menghadapi beberapa orang dari department keuangan karena ia dilaporkan telah menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi dan dimintai banyak keterangan yang membuatnya muak, jangan tanya siapa yang melaporkan Killian, sudah pasti Ervest—akhirnya sekarang Killian bisa merasa sedikit lebih ringan. Ya, berkat show di hadapannya ini meski show ini pun hanya bisa ia nikmati dengan mata. Meski ini tidak membuatnya benar-benar puas karena ia tidak bisa menyentuh langsung si pemeran yang berada di tempat lain sana. Namun tidak apa, ini sudah cukup menghiburnya yang terlalu penat, meski sedikit. Meski sangat sedikit. Bukan salah penghiburnya. Isi kepalanya lah yang terlalu berantakan karena memikirkan seorang teman tidak tau diri yang menyukainya. Yang karena beberapa alasan, perasaan temannya ini malah membuatnya sangat tidak terima dan semakin penat setiap hari. Dan lagi-lagi orang ini adalah Ervest.

          Killian tidak mengalihkan matanya dari layar macbook sama sekali selama wanita yang terlihat di layar itu melepas dan mengenakan berbagai jenis bikini yang berbeda dengan gerakan pelan yang amat sengaja, yang perlahan menjadi pleasure baginya. Wanita itu tentu saja kekasihnya sendiri, Pevita si cantik jelita yang sedang memberinya terapi mata. Tapi di mana pikirannya sekarang? Tidak pada matanya sama sekali. Meski show ini adalah show favorite mata keranjangnya. Meski segala pose dan ekspresi Pevita benar-benar menyita perhatian matanya,

          tapi pikirannya tidak tersita sama sekali. Tidak pada kekasihnya itu pikirannya berada sekarang.

          Sebotol Macallan berwarna hitam sengaja ia jadikan teman. Namun itu juga belum cukup menertibkan pikirannya yang sebagian tertinggal di salah satu ruang di lantai dua puluh empat Elephant Star Tower. 

          Sungguh. Ervest benar-benar mengganggunya. Bahkan mengganggu waktunya dengan Pevita yang seharusnya menjadi waktu paling menyenangkan yang bisa ia nikmati hari ini.

          Sementara Killian masih berusaha menyinkronkan antara mata dan pikirannya, di sisi lain Pevita mengganti bikini ke sepuluh dengan yang ke sebelas. Ia juga terus bicara kepada Killian, menceritakan kegiatannya selama sehari, shooting iklan dan jumpa pers, makan malam dengan pihak client yang sempat menawarinya liburan singkat di Bajo, dia terus bicara. Dia tidak keberatan sama sekali Killian hanya terus menatap kegiatannya tanpa mendengarnya. Yang penting baginya, dia bisa mengeluarkan apa yang ia ingin katakan. Killian bisa melihatnya memakai berbagai jenis bikini gila, melihatnya telanjang, dan ia bisa menceritakan semua hal yang ada di kepalanya tanpa interupsi pria itu. Menyenangkan. Pevita bahkan tidak peduli kalau di sana Killian mengatur volume suara macbook-nya hingga minimal. Siapa yang tau? Siapa yang peduli?

          Apa yang Pevita lakukan sebenarnya? Bersenang-senang dengan kekasihnya, apa lagi? Memang begini cara mereka bersenang-senang saat keduanya tidak bersama. Melakukan video call dan memenuhi hasrat pria itu yang ingin melihatnya. Oh, gila, apa dia tidak khawatir Killian akan merekam dan menyebar videonya, dia seorang artis, for God's sake?! Tidak sejauh itu ketakutannya, tidak. Pevita sadar betul dia seorang artis, di mana nama dan reputasi adalah salah satu aset terpenting dalam karirnya. Dan dia juga tau dia sedang mendorong dirinya sendiri ke dalam jurang resiko yang sangat curam dengan membiarkan dirinya melakukan ini. Ya. Tapi dia tetap melakukan ini dan menuruni jurang itu dengan hati-hati, hanya memastikan dirinya tidak akan terpeleset dan tidak melepaskan pegangan. 

          Bena-benar gila, apa Pevita begitu mempercayai pria ini? Yang benar saja, pria seperti Killian? Tentu saja tidak, yang benar saja. Pevita sama sekali tidak percaya Killian yang sudah jelas memiliki keberengsekan setingkat dengan Lee Tae-oh. Dia memberi pertunjukan tidak senonoh ini kepada Killian lewat FaceTime. Killian bisa dengan mudah merekamnya. Apalagi mengunggah video atau fotonya ke medsos dan situs porno, itu jauh lebih mudah. Skenario seperti itu selalu ada di pikiran was-wasnya. Namun saking berengseknya Killian—lelaki yang memiliki nama Aria itu, Pevita jadi berpikir hal seperti itu bukan lagi mainan-nya. Killian ... dia hanya percaya Killian tidak memiliki waktu apalagi interest untuk melakukan itu. Killian adalah pria yang hanya memikirkan dirinya, memenuhi kebutuhannya, dan tidak peduli dengan orang lain. Lebih kecil kemungkinan dia akan menyebarkan hal-hal semacam itu. Pevita merasa Killian masih tidak memiliki motif untuk bertindak kriminal padanya sejauh ini dan mungkin tidak akan pernah.

         "Ini selera kamu banget. Tali spaghetti, renda tipis, transparan." Pevita menyusuri tali spaghetti yang melintasi bahu kanannya dengan ujung jari telunjuk. Killian tersadar dan kini mengernyit penuh siksaan ketika kepalanya sudah memproses apa yang ia lihat, meski memerlukan beberapa detik lamanya. Sekarang dia bisa merasakan seolah jari itu berjalan dari bahunya turun ke perut. "Hei, mana tangan kamu? Awas kalau mainin itu!" teriak wanita itu tiba-tiba membuat Killian mendecak terhibur. 

          Killian memperlihatkan kedua tangannya ke depan kamera macbook. Tak cukup itu, ia kemudian berdiri dengan santainya. "Celanaku masih lengkap." Ia mengambil gelas whisky di meja saat kembali duduk, dan meneguk sampai tandas cairan di dalamnya.

          Pevita tertawa dengan tawanya yang mebawa sedikit kewarasan untuk Killian. "I think it's enough. Udah sebelas bikini aku coba." Layar macbook Killian memperlihatkan hampir seluruh kamar kekasihnya itu ketika Pevita memutar macbooknya. Pevita lalu mengganti thong transparan dengan panty berwarna hitam. Juga menggunakan scraft untuk menutupi bagian dadanya. Tetap di depan kamera dengan manisnya. Killian setia menonton. 

          Sampai kemudian wanita itu kini tengkurap di atas bed. Dan Killian bisa lebih jelas memperhatikan wajah jelita kekasihnya yang tersenyum penuh. "Belum ada yang bikin aku pengen ke apartment kamu sekarang juga."

          Pevita yang sebelumnya bermaksud membuka ponselnya langsung mengernyit dan kembali fokus pada Killian. "Kamu lihat aku telanjang barusan, nggak usah mengada-ada deh. Sekarang itu kamu mungkin udah duduk di business class Singapore Airlines on the way ke Soetta."

          "No, masih di sini." Killian tertawa karena gerutuan Pevita, namun berhenti dengan cepat setelah itu. "Pev, i'll end the call now." 

          "Why?" Pevita bertanya dengan nada lebih intens dari sebelumnya menyadari suara kekasihnya yang mendadak datar setelah tertawa. "Buru-buru banget?!"

          "I'm bored."

          Sekarang wanita itu melotot dan memasang wajah tak menyangka yang bagi Killian berlebihan. "Kamu telepon aku buat nonton aku gonta ganti bikini, setelah itu kamu bilang mau matiin call karena kamu bosan?"

           Killian menguap. Tidak ada orang di dunia ini yang punya hak untuk melarang orang lain bosan. "It just doesn't entertain me enough. I had a rough, a very very rough day today. Bikini saja mana cukup, Pev?"

          Wajah Pevita di sana sudah menampakkan rasa muak bahkan sebelum Killian selesai menjawabnya. Dan kini begitu Killian mengakhiri kalimatnya, ia langsung memungkas, "Fine! Cari PSK-mu sana!"

          Killian tertawa saat panggilan itu sudah mati. PSK? Tidak. Dia cuma mau duduk malas di balcony dan dengan whisky saja malam ini. Cuma dengan whisky yang dia harap bisa menormalkan bibirnya yang masih merasakan kulit telinga Ervest sampai sekarang. Ia mendengkus karena lagi-lagi nama itu yang muncul di kepalanya. Kenapa ada orang yang begitu menyebalkan dan begitu menyusahkannya? Ia mendengkus sekali lagi, kali ini karena dia mengingat tingkahnya sendiri pagi ini. Mencium wanita itu. Telinga wanita itu lebih tepatnya dan tidak benar-benar berniat mencium sebenarnya. Dia hanya berniat mengerjai Ervest. Namun sial sekali malah dia yang merasa dikerjai karena sampai sekarang masih tidak bisa melupakan rasa kulit wanita itu.

          Atau sebenarnya tidak pernah. 






A/N : Dah, pokoknya kalian nggak akan nemu 'sosok Pradna' sedikitpun di Killian, gue jamin.

I T N L W I #KILLER01Where stories live. Discover now