I T N L W I T I G A P U L U H S A T U (2)

3.5K 556 43
                                    

Sebelumnya, sorry buat super slow update-nya, tapi gara-gara naskah revisi ITNLWI yang ada di laptop gua (yang abis ketumpahan kopi) nggak selamat, gua jadi agak males buat update di wattpad. Sorry, banget, gaiss, tapi gue usahain tetep update.

Kalau kalian mau baca yang udah lengkap, ada di Karya Karsa, tapi itu pun belum revisian. Yah, jadi, yah, gitu aja.

Oh, by the way, selamat membaca!

Siap-siap ketemu 'Honey' di ujung bab, tapi jangan dicolek soalnya udah ada yang diajak serius!



Ervest dan Arachi tiba di Sentosa sejak tiga jam yang lalu dengan yacht milik keluarga Salim. Sebelumnya, mereka telah memesan kamar di Hard Rock Hotel yang terhubung langsung dengan RWCC Sentosa, tempat di mana gala dinner akan dilangsungkan, sehingga begitu tiba mereka bisa beristirahat di kamar sambil menunggu gala dimulai. Selama satu jam mereka gunakan waktu untuk menikmati sunset dari dalam kamar hotel dengan fraisier dan strawberry smoothies. Ervest juga menjelaskan lebih detail mengenai tujuannya menghadiri acara ini kepada Arachi, terutama memberitahu siapa yang sebenarnya ingin dia temui malam ini-salah satu Sasongko yang ikut dalam penuntutan Rojovan.

Satu jam kemudian, mereka sudah bersiap untuk mendatangi gala. Karena Rita menolak ikut ke Sentosa walaupun Ervest sudah memaksanya, sementara Ada malam ini harus mendatangi meeting dengan pihak The Ritz-Carlton untuk membahas pengaturan kamar bagi para tamu pernikahan Ervest dan Arachi yang akan digelar bulan depan, mau tak mau Arachi yang menjadi penilai make up Ervest kali ini meskipun itu ide yang payah sekali. Tidak ada komentar selain good dan nice dari pria itu bahkan ketika Ervest sengaja memberi warna berbeda pada kedua alis matanya, komentarnya tetap tidak berubah. Sungguh, sebagai seorang arsitek, kreatifitas dan selera seni Arachi benar-benar mengenaskan.

Dan baru Arachi sadari, Ervest yang selalu terlihat cuek dengan penampilan dan make up-nya itu ternyata sangat serius pada detail. Wanita itu berkali-kali meminta Arachi memastikan kedua alisnya simetri, juga proporsi antara bibir atas dan bawahnya tepat, hidungnya tidak terlalu lancip, dan yang lain. Entah Ervest terlalu menuntut kesempurnaan atau memang kurang percaya diri. Mungkin yang kedua, pikir Arachi tanpa berani menanyakannya secara gamblang. Ervest sendiri tidak menyadari kalau sikapnya itu berbanding terbalik dengan Ervest yang selalu terlihat di mata orang lain, dia bahkan menyangkal.

"Sebelumnya, aku kira kamu cukup cuek dengan penampilan." Arachi tidak menahan lagi komentar itu setelah Ervest melayangkan pertanyaan yang sama untuk yang ketiga kalinya mengenai anting yang sedang ia coba. Dan komentar itu cukup untuk mengundang perhatian Ervest. "I mean, tidak seperti perempuan lain yang-"

"Oh, ya? Sayang sekali tidak, aku perempuan pada umumnya," potong Ervest dengan sedikit perubahan pada nada bicaranya, menjadi sedikit ketus.

Kenapa pria terobsesi dengan perempuan yang berbeda dari perempuan pada umumnya? Tidak suka dandan dari yang suka dandan, tidak suka salon dari yang suka salon, suka olahraga dari yang tidak suka olahraga, suka musik rock dari yang suka musik romantis. Mereka membedakan perempuan dengan nilai-nilai semacam itu dan menganggap yang satu lebih unggul dari yang lain, silly.

"Okay. Hanya pintar menutupi itu." Berkat nada bicara Ervest yang tiba-tiba ketus setelah komentarnya, mungkin Arachi jadi menyadari perubahan mood Ervest karena komentarnya sehingga ia buru-buru memperbaiki.

"Right. Kamu boleh kecewa. Aku pakai ini," balas Ervest dan hanya melirik sekilas wajah Arachi karena merasa sudah overreacting terhadap perkataan Arachi mengenai dirinya.

I T N L W I #KILLER01Where stories live. Discover now