I T N L W I T I G A P U L U H T I G A

4.1K 486 33
                                    

     Rick Harvey adalah orang di balik semua kesibukan Killian dengan segala hal yang menyangkut pembelian saham ES Group yang tidak ada habisnya seminggu ini. Pengacara itu sempat mengatakan bahwa butuh waktu lebih dari seminggu untuk merampungkan pembelian ini. Namun Killian ngotot pembelian itu harus rampung dalam satu minggu. Dan berkat kengototan itu, akhirnya, sebesar tujuh belas persen saham ES Group atas nama Tierry telah berganti nama menjadi milik Aria Group lusa kemarin dan hari ini sepuluh persen sisanya ditambah lima persen milik Nathalia akan berubah nama menjadi milik Killian. Ihwal pembelian saham ini akan segera selesai dan Killian bisa kembali menikmati hidupnya yang cerah yang selalu membuat iri pengikut Tuhan yang lain tanpa gangguan Rick Harvey pengacaranya.  

     Di sebelah Rick Harvey, di hadapan Nathalia dan Yuan Chow—pengacara Tierry, Killian mengambil bolpoin dua ratus dolar milik Rick dari kotak kayu di atas meja, ia menandatangi kertas di hadapannya, dan selanjutnya asal melempar bolpoin itu ke belakang. Ia mengambil bolpoin baru di kotak yang sama, menandatangani lembar selanjutnya, membuang bolpoin itu lagi, dan terus seperti itu berkali-kali. Sampai mungkin sudah setengah lusin bolpoin yang Killian main lempar ke belakang, tapi Rick Harvey tetap tidak ambil pusing.

    Rick sudah dua puluh tahun bekerja untuk kliennya itu, sudah terbiasa dengan tingkah pemberontaknya. Toh, semua bolpoin yang ia punya tidak seberapa dengan yang akan ia terima dari membiarkan tingkah anak manja yang terlahir berkalung berlian dan bermahkota dua nama besar Siswodi-Aria ini selama satu jam di ruangannya. Ia selalu hanya menonton tingkah anak itu, anak suka memberontak untuk diperhatikan.

    Begitu juga Yuan Chow dan Nathalia. Meski tercengang saat Killian tiba-tiba melempar bolpoin untuk yang pertama kalinya. Namun keduanya langsung terbiasa pada aksi yang kedua dan tidak berkomentar apapun. Hanya Tao yang berdiri di sebelah kursi Killian yang gatal ingin mengambil semua bolpoin yang tercecer di karpet ruangan itu. Namun ia sendiri terlalu takut dengan peringatan Killian. Daripada ia harus membayar semua bolpoin itu nantinya.

     Rick Harvey hanya membentangkan senyum kecil ketika mengangkat pandangannya dan bertemu mata dengan Killian yang merengut. Melihatnya, Killian makin kesal. Kalau saja pria itu tidak berumur lima puluh lima tahun, sudah pasti Killian bawa ke ring tinju dan ia tunjukkan pukulan jap terkerasnya.

    "Untuk apa aku membayar jasamu mahal, tapi masih harus tanda tangan dengan tanganku sendiri. Buang-buang uang saja!" omel Killian tidak peduli suaranya terlalu keras dan terdengar merengek seperti anak SD.

    Rick Harvey dengan kalem membalas, "Aku sudah pernah merekomendasikanmu agar memakai cap." 

    "Rick, kiblatku adalah Jepang, bukan Korea. Jepang mengalir di darahku."

     Rick Harvey tersenyum terhibur ketika Killian menunjuknya dengan bolpoin. "Tapi ayahmu keturunan China, tidak ada darah Jepang."

     "Nah, nah. Aku memilih sendiri apa yang diturunkan kedua orang tuaku. Masyarakat sudah berkali-kali melakukan revolusi. Jangan kaget kalau sekarang kehendak anak sendiri diutamakan dari pada kehendak orang tuanya, mengertilah." Killian membuang bolpoin terakhir, lalu mendorong bundelan kertas kontrak yang selesai ia tanda tangani ke hadapan Rick Harvey. Perjanjian tertulis antara dirinya dan Tierry sekaligus akta jual beli saham. Selesai.

   "Kecuali kecongkakan mereka, menyatu dengan darahmu, Killy."

   "Dan China tidak termasuk, Ricky. Aku tambah seribu dolar karena sudah memujiku." Killian menatap Nathalia sekilas, senyumnya seketika surut. "Ada lagi yang harus kulempar atau kubuang?"

    "Tidak. Sudah cukup. Sisanya biar kuselesaikan dengan Pak Chow. Aku tidak akan mengganggumu lebih lama lagi, Tuan Muda," kata Rick Harvey dengan senyum pengacaranya yang formal.

I T N L W I #KILLER01Where stories live. Discover now