I T N L W I E M P A T

7.2K 917 58
                                    

(18+)

H A P P Y R E A D I N G !

          Let's fuck

          Killian sudah gila karena berharap Ervest akan menjawab iya ajakannya itu. Sangat gila.

          Lebih baik Killian cepat ingat kalau wanita ini adalah Ervesten Ratio Salim, kakak dari kedua temannya—Tierry dan Sebastian Salim yang pasti akan menghajarnya kalau dia sampai memasukkan perempuan itu ke dalam wishlist, apalagi kesampaian.

          Untung sekali Ervest sudah sangat mengerti dirinya, keberengsekannya, dan eksistensi lelaki mesum di kepalanya itu. Therefore, she didn't take that as a big deal. Itu bagus. Jadi, Killian tidak akan punya masalah besar dengan dua temannya sekaligus. Karena Ervest tidak akan mungkin mengiyakan ide Killian, sehingga Killian pun tidak akan memikirkan tahap lanjutan ide indahnya itu, ... yang sangat indah.

          "Jadi, lo bakal meet up lagi sama Karawaci-Karawaci itu?" Killian kembali membuka percakapan setelah tiga lagu dari Green Day menemani perjalanan mereka menuju Elephant Star tower di daerah Commonwealth.

          "Sembarangan." Ervest yang duduk di sebelahnya dan tengah mengemudi tertawa.

          "Karawaci kan? Apa Kuaci?"

          "Arachi ya, Monyet," koreksi wanita itu tampak sebal membuat Killian tertawa terhibur. "Gue belum tau. Malas banget sih, nggak asyik orangnya."

          "Lo banget itu." 

          Setau Killian, Ervest memang hampir sepertinya. Dia perempuan yang bebas soal apapun, termasuk soal hubungan. Bedanya Killian selalu di dalam hubungan dengan komitmen sementara Ervest tidak membiarkan dirinya sendiri berada di dalam hubungan dengan komitmen. Begitulah Ervest. Killian menyimpulkan begitu karena dia melihat sendiri bagaimana selama dua tahun ini Ervest berkali-kali dekat dengan pria, tapi dia tidak pernah berpacaran dengan satu pun pria itu. Pria-pria itu hanya jadi teman jalan dan sex singkat.  

          Kalau Ervest selalu mengatainya bastard, bagi Killian, Ervest sudah cukup pantas dikategorikan sebagai fuckgirl. Perempuan itu akan illfeel dan anti kalau gebetannya ingin berkomitmen dan memperjelas status. Jika itu terjadi, Ervest pasti akan langsung memutus hubungan dekat mereka. Tanpa kompromi, lalu pergi, kemudian bilang pada Killian kalau alasannya adalah ukuran phallus yang tidak pas. Killian tau sekali itu.

          Dan itu dia. Untuk berpacaran saja Ervest sudah cukup anti, sekarang bisa-bisanya Tierry berpikir ingin menjodohkan Ervest. Apalagi dengan pria yang kata Ervest sendiri sangat kaku, pendiam, dan bloody geek. Oh, oh, oh, lelaki seperti itu jelas bukan tipe Ervest. Ervest cuma menyukai pria bebas yang sedikit flamboyant dan berani nakal. Kalau begini, Killian jadi semakin yakin usaha Tierry itu cuma akan sia-sia. Tierry sepertinya tidak tau selera dan sepak terjang kakaknya soal pria. 

          Killian menghentikan lamunannya karena mereka telah sampai di Elephant Star tower. Setelah melewati gerbang masuk, Ervest membelokkan mobilnya ke arah basement gedung, kemudian mencari ruang kosong untuk memarkir mobilnya.

          "K, lo serius sama omongan lo di Punjab tadi?" Ervest bertanya ketika mereka sama-sama melepas seatbelt.

          "Yang soal apa?"

          Ervest tidak menjawab dengan kata, tetapi cuma sebuah suara yang dihasilkan lidahnya yang diadu dengan mulut bagian atas.

          Killian tertawa. "Sorry, Er, the dickering was over."

          "Ouh, padahal gue berubah pikiran."

          "Too late, woman."

          "The fact is you indeed didn't mean what you've said, K, I know you."

          "Right, you really know me, so why asking?" Killian kembali tertawa agar Ervest tidak memiliki kesempatan untuk menjawab. "Furthermore, my girlfriend still likes my phallus so much. Dia akan marah kalau gue berbagi sama lo."

          "Tapi enggak kalau berbagi sama perempuan lain?"

          "Jelas enggak, karena gue enggak akan cerita."

          "Jadi maksudnya kalau lo jilat-jilatan terus tidur sama perempuan lain lo akan diam, tapi kalau sama gue, lo akan cerita ke pacar lo?"

          "Bukan gue, tapi lo yang cerita."

          Ervest tertawa dan menyumpahinya. Setelah itu mereka meninggalkan mobil dan menuju lift.

          "I'll meet Arachi soon."

          Killian mengangguk saja meski mendengar itu tidak sepenuhnya keinginan Ervest. Hal paling benar memang hanya mengiyakan keputusan Ervest.

          Saat menunggu di depan lift, seorang wanita datang bergabung. Sandira, marketing manager yang sudah tiga tahun bekerja dengan Killian, yang juga sangat dekat dengan Killian, yang juga tipe Killian sekali. Kaki jenjang, pantat sempurna, selalu berpenampilan menarik, dan sensual. 

          "Pak Killian, Bu Ervesten," sapa wanita itu saat sudah dekat dengan mereka.

          "Hai, Ra." Killian membalas dengan menyunggingkan senyum dan tatapan nakal andalannya. Sementara Ervest hanya tersenyum singkat. "I like that stunning and provocative stocking." Killian melirik ke bawah, tetap dengan gerakan santai meski sedang menyeduksi wanita itu. Agresif cuma akan membuat wanita sensual seperti Sandira malas. 

          "And ..." sahut wanita itu dengan berbisik centil dan menggoda begitu berdiri tepat di sebelah Killian. Dia seolah sengaja berbisik agar Ervest yang ada di sisi lain Killian tidak mendengar, padahal Killian malah ingin sekali Ervest mendengar mereka.

          Akhir-akhir ini Killian terlalu sering melepas kontrol mulutnya saat bersama Ervest. Jadi sekarang dia akan lebih sering mengingatkan Ervest agar wanita itu juga lebih membatasi perasaannya sendiri. Killian tidak mau perasaan wanita itu bertemu harapan, sekecil apapun harapannya, jangan sampai.

          "And it would be great if you just wear it on my bed, right? Tonight?" 

          Kamu dengar kan, Er? 


B E R S A M B U N G

I T N L W I #KILLER01Where stories live. Discover now