I T N L W I D U A P U L U H D E L A P A N

5.6K 722 70
                                    

   Killian tidak tau apa maksud tatapan masam kedua temannya, Tierry dan Sebastian, sore ini saat ia baru saja bergabung di lapangan menembak. Rasanya dia tidak habis membuat masalah apapun pada dua pria itu, begitu juga ia tidak membuat kesalahan dalam pekerjaannya. Jadi kenapa dua Salim ini menyambutnya seperti itu sekarang?

   "What's wrong, hah?" Killian bertanya terus terang. Dia memang bukan orang yang bisa bersikap santai saat diperlakukan tidak seperti biasa oleh orang lain. Seperti sekarang ini, dia tidak akan cuma diam atau hanya bertanya-tanya di dalam kepala dan bersikap seolah-olah tidak merasa diperlakukan berbeda oleh kedua temannya ini.

   Sebastian yang memang tidak banyak bicara memilih diam dan fokus pada kegiatannya sendiri, memakai gloves pada tangan kanannya. Sementara Tierry menghisap rokok dengan dalam sebelum menghembuskannya ke wajah Killian, Killian jadi makin mengerutkan keningnya. Ia duduk di antara kedua temannya itu.

"Bas, someone looks so perky today."

Killian seketika tertawa karena sindiran itu. Sekarang makin jelas kedua temannya ini memang terusik karenanya. Pertanyaannya masih kenapa? "Oh, sure. Secara gue abis nyumbang mega-proyek buat bisnis keluarga kalian. Anyway, selamat, Bos, Gyeongsang Selatan sudah diinvasi ES Healthcare! Bikin pesta sono!"

Bastian menatap Killian dengan kedua alis menyatu, juga sorot serius, dan tidak ditanggapinya kelakaran Killian sebelumnya.

   Merasa dirinya salah sudah menanggapi Tierry dengan tertawa dan bercanda, lalu mendapat ekspresi seram Bastian, kini Killian turut diam dan memasang tampang serius. Ia kembali bertanya-tanya, terlebih reaksi Bastian saat ini membuatnya makin penasaran, apa yang salah? "Kenapa sih?"

Bastian mendengkus, terlihat sangat malas dan terpaksa ketika membuka mulut untuk berkata, "Not the business we talking about, Yan, but Ervest."

   Ervest? Kening Killian mengerut.

"Punya niat apa lo dekat-dekat dia?"

"What?" Kedua mata Killian membelalak. "Niat apa maksud lo?"

"Habis dari mana lo sama Ervest?" Bastian mengganti pertanyaan. Kini pria itu berdiri dari kursinya, menatap Killian seolah berusaha untuk mengintimidasi Killian. "Ini bukan yang pertama, kan? Kemarin sama lusa lo berdua juga keluar tanpa agenda kerjaan. Ngapain, Yan?"

Killian mengernyit dan mendongak untuk tetap menatap wajah Bastian yang keras mencecarnya. Terdengar jelas tuduhan dari pertanyaan temannya itu dan sekarang Killian mulai bisa mencerna situasinya. Kedua temannya ini sedang mencurigainyai karena ternyata ia kedapatan beberapa kali pergi dengan Ervest, termasuk hari ini. Sial. Lagi-lagi ia belum sempat menjawab, apalagi membela diri, sekarang Tierry ikut bersuara, "Kemarin gue nggak mengingatkan lo, bukan berarti itu hal yang boleh lo lakuin. Ervest sodara gue, Yan, jadi jangan macam-macam sama dia!"

"Lo berdua sinting, ya?!" sela Killian tak terima.

"Gue malah sinting kalau tau hal ini dan cuma diem," balas Bastian lebih serius. "Sekarang gue mau lo ngerti ini, Yan, dia sodara gue, artinya jangan lo pikir bisa main-main sama dia, karena kalau sampai itu terjadi lo berurusan sama gue."

  "Gue tau, anjing!" maki Killian lebih keras. Ia juga emosi merasa sangat dipojokkan dua Salim temannya ini. Lucunya, ia seperti baru saja maling harta mereka sampai baru saja datang sudah disudutkan seperti ini. Padahal ia tidak melakukan apapun. "Gue tau dia kakak lo. Kita juga cuma makan siang, nggak ada yang lain."

I T N L W I #KILLER01Where stories live. Discover now