I T N L W I T I G A P U L U H E N A M

2.5K 392 41
                                    

Nama Pevita Sanjaya menjadi headline panas berbagai media informasi di Indonesia. Terlebih di sosmed, namanya ramai diperbincangkan dan jadi gunjingan karena rekaman pribadinya bersama seorang pria tersebar setelah diunggah oleh salah satu akun anonim di twitter. Pevita sendiri belum dapat ditemui oleh wartawan. Ia juga tidak mengeluarkan statement apapun baik melalui akun social media maupun management-nya. Sementara pria yang bersama Pevita di dalam video itu masih belum teridentifikasi. Posisi Pevita yang berada di pangkuan si pria dan terus menciumi wajah pria itu cukup menjadi penghalang.

Meski begitu para netizen sudah yakin pria itu tidak berasal dari dunia selebriti, tidak juga seorang public figure, atau atlet seperti mantan Pevita Sanjaya sebelumnya. Tidak ada ciri-ciri yang cocok dengan artis manapun. Namun ada satu petunjuk besar. Berdasarkan sidang diskusi para netizen semalaman, pria itu sudah pasti berasal dari keluarga konglomerat karena jam yang terlihat di tangan kirinya sudah dipastikan adalah Tour de I'lle dari Vacheron Constantin yang hanya ada tujuh biji di dunia dan memiliki harga mencapai dua puluh satu miliar rupiah. Alhasil, jam tangan itu pun makin menggugah ambisi netizen untuk mengungkap siapa pria misterius tersebut.

"Hapus akun instagramku!" Killian memijat keningnya. Duduk di jet pribadinya tidak lagi nyaman setelah mendengar Tao melaporkan situasi di jagad maya. Terlebih jam tangan hadiah dari ayahnya yang sekarang seolah jadi kompas netizen untuk menemukannya. "Apa aku pernah berfoto dengan jam itu?" tanyanya sungguh-sungguh.

"Saya tidak ingat, Pak. Saya cek setelah ini."

"Memang apa yang kamu ingat sih, Tao?" dengkus Killian sementara Tao diam menerima. Di saat seperti ini, segala hal yang ada di hadapan Killian akan selalu dicela dan disalahkan. Tao sudah hafal perangai bosnya. "Pevita masih di apartmentnya?"

"Satu jam lalu Reinald mengonfirmasi Pevita Sanjaya masih di apartmentnya, Pak."

"Satu jam lalu?"

Tao menahan napas.

"Tao, telinga kamu terpisah dari kepalamu atau bagaimana, sih? Aku minta laporannya setiap sepuluh menit. Sekarang kamu yakin sekali bicara padaku laporan dari satu jam yang lalu, yakin sekali aku tidak akan marah, kamu ini bagaimana sih, Tao?"

"Kita di pesawat, Pak, dan saya harus memonitor berita," jelas Tao sedikit membela diri. "Saya akan minta kabar terbaru setelah ini."

Killian menghembuskan napas kasar begitu ia sendirian. Ada saja cara orang-orang ini membuatnya geram. Killian padahal sudah selalu mewanti perempuan yang dekat dengannya untuk tidak mengambil foto atau video bersamanya. Dengan Pevita ini dia kecolongan.

"Apa itu? Kamu buat video?" tanya Killian ketika Pevita baru meletakkan ponselnya di rak buku yang berdiri di sebelah sofa. Pevita yang masih mengatur posisi ponselnya hanya menggumam. "Nope! Pev, apa apaan sih?"

"Sekali aja, buat aku doang, please!"

Pevita langsung menahan Killian yang hendak menginggalkannya setelah ia sempat memulai video. Ia mendorong Killian duduk ke sofa dan langsung mendudukinya. Wajah pria itu keras dan dingin, Pevita dibuat manyun dan takut, tapi dia bersikeras.

"Please! Buat aku aja, ya, ya, ya."

"Matiin!" perintah Killian datar.

Pevita menggeleng. Mengabaikan wajah bete Killian, ia lantas melepas kaosnya. Setelahnya, hanya bra mini tipikal selera Killian yang tersisa di tubuh atasnya. Pevita menyeringai saat wajah Killian mulai memberi tanda pria itu mulai lunak.

"Kamu jangan macam-macam, Pev!"

Pevita terkekeh. "Macam-macam apa sih? Aku cuma mau punya video kita." Kemudian ia memberi ciuman bertubi-tubi di bibir Killian. Dengan tujuan agar pria itu berhenti cemberut dan ketus. "Lama-lama aku sebel sama kamu, Yan. Foto berdua nggak pernah mau, jalan berdua apalagi, ini aku mau videoin kamu juga nggak mau?"

I T N L W I #KILLER01Where stories live. Discover now