I T N L W I T I G A P U L U H

3.7K 632 45
                                    

    Killian tidak suka menonton film action sejak menginjak remaja. Meskipun sebagian besar orang di sekitarnya sering membicarakan John Wick, Inception, Terminator, atau Tony Stark sekalipun, ia tetap tidak penasaran dengan keseruan itu. Bukan karena dia tidak tega melihat protagonis yang terus mendapat rintangan, adegan kekerasan, atau tontonan yang mengundang adrenalin, bukan. Dia biasa berkelahi saat remaja—meski nilai berkelahinya tidak pernah lebih dari lima. Dia mahir menggunakan senjata. Dia suka olahraga yang memacu adrenalin seperti bungee jumping, balap kuda, dan surfing. Bahkan dulu ia sering bermain lompat bebas dari helikopter—hal yang selalu membuat Ibunya meneriakkan nama Tuhan keras-keras.

    Dia sangat menyukai adrenalin, tapi memang tidak bisa menikmati menonton film action. Kenapa? Karena dia lebih menyukai film dewasa, Jepang, dan semi pemaksaan—dan omong-omong itu juga membangkitkan adrenalin.

    Jangan langsung membacoknya, okay?!

    Dia hanya menikmati konsep semi pemaksaan itu di dalam film. Di dunia nyata, dia paham betul apa itu consent.

    Di mata orang yang mengetahui perangainya, Killian mungkin sangat berengsek. Namun ia berani bersumpah atas nama bapak Pradjati Aria yang agung, bahwa selama sejarahnya berkencan, tidur, make out, one night stand, having sex—atau apapun menyebutnya—dengan hampir dua lusin wanita, Killian jamin, dia tidak pernah memaksa satu pun partner nya. Semua dilakukan dengan kesadaran. Semua atas kemauan kedua belah pihak. Kecuali mungkin dengan Ervest di Bajo.

    Dan baru setelah ada consent, setelah memastikan partner-nya juga menginginkan apa yang dia inginkan, Killian akan mencurahkan inspirasi, skenario, fantasi, dan segala hal yang ia dapat dari film. Kecuali dengan Ervest semalam.

   Well, wanita itu menjadi banyak pengecualian bagi Killian, tapi memang benar. Killian hanya mengikuti suara yang berasal dari dalam dirinya ketika melakukan itu dengan Ervest. Suara itu menuntun semua gerakannya menjadi lembut dimana sebuah keanehan Killian bisa lembut ketika seks. Padahal biasanya, selayaknya John Wick ketika berkelahi—penuh adegan kekerasan dan Killian senang menjadikan segala benda remeh menjadi senjatanya.

    Dengan Ervest, malah tidak ada fantasi atau skenario film yang ia ingat karena hanya ada satu skenario yang ia inginkan malam itu—menyentuh Ervest sampai ia tidak akan lupa rasanya. Ia bahkan tidak meminta satu pun pertunjukan khusus dari wanita itu. Suara itu bilang, karena keberadaan Ervest di ranjang bersamanya adalah seluruh pertunjukan itu. Jadi, tidak perlu ada pertunjukan lain.

    Mungkin suara itu dari dalam hatinya, atau mungkin dari adrenalinnya yang berlaku aneh, entah lah. Dari mana pun suara itu, itu membuat seks dengan Ervest semalam menjadi satu-satunya seks vanilla yang memuaskan bagi Killian—sangat memuaskan sampai membuatnya tidak bisa berhenti tersenyum.

    Seks yang sangat memuaskan dan paginya meninggalkan banyak masalah untuk mereka berdua.

   "Oh, here we go."

   Killian menghela napas berat ketika terlihat oleh ekor matanya Bastian memasuki gym dan tidak lama kemudian Tierry yang muncul. Rasa bersalah langsung mengganti letupan menyenangkan yang tadinya masih iseng memenuhi dadanya. Sekarang ia ingin lompat dari helikopter saja dari pada merasa sentimentil seperti ini.

    "Kirain lo nggak di Spore." Tierry menaruh tasnya di bangku yang Killian gunakan untuk duduk. Sementara Bastian, begitu datang langsung menuju kamar mandi.

   "Terus gue harus di mana?" jawab Killian santai sambil memasang sarung tinjunya.

   Tierry mengedik. "Di kandang baby lo, di mana lagi?"

I T N L W I #KILLER01Where stories live. Discover now