I T N L W I T U J U H B E L A S

5.4K 756 47
                                    

KILLER DAH LAMA KAGA NYAPA WATTPAD NIH. SHALOM, TANTE, OM!

          “Lo datang, ya! Jangan sampai bridesmaid gue kosong satu slot gara-gara lo tiba-tiba cancel!”

         Suara galak milik wanita itu mengisi walk-in-closet Ervest yang sebelumnya sangat sepi dan tenang. Ervest menampakkan wajahnya ke depan ponsel yang ia senderkan di tumpukan kaos di dalam lemarinya yang terbuka setelah mengambil sebuah thong berwarna hitam dari deretan koleksinya di bagian tengah lemari. Ia kembali disambut wajah yang juga galak dari wanita di layar ponselnya itu. Wanita yang sedang dalam sambungan video call dengannya ini adalah Mellys, salah satu dari tujuh teman dekatnya di Bali yang minggu besok akan menggelar resepsi pernikahannya. Ia akan menikah dengan lelaki yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun dan sudah ia kenal sejak mereka sama-sama masih balita.

          Teman sejak kecil dan menikah. Mereka punya cerita yang sangat panjang hingga akhirnya sampai pada titik ini.

          "Gue baru mau konfirmasi kain udah sampai dan gue bakal datang, lo yang nggak sabar."

          "Gue langsung telepon lo begitu kurir ngabarin kain udah sampai gedung lo. Biar lo nggak sempat mikir buat nolak."

          "Meremehkan, lo, ya! Kain ini nggak sampai pun gue bakal tetap datang." Ervest mengaitkan tali thong-nya lalu menatap lurus Mellys dan kembali tertawa. Mellys di sana malah membuat ekspresi jelek seolah baru saja Ervest hanya sugar coating. Padahal itu benar, Ervest memang sudah dari jauh hari mengatur agar pada tanggal itu ia tidak memiliki jadwal ke mana pun sehingga ia bisa datang ke pernikahan Mellys. "Terserah lo deh kalau nggak percaya. Anyway, the material is good." Ervest menatap lagi kain di atas display showcase jam tangannya yang ada di tengah walk-in-closet. "Jadinya pakai warna yang gue rekomendasiin juga."

          "Kata Niko emang bagus warna itu." Ervest tergelak karena Mellys langsung menggunakan nada lembut begitu membawa Niko ke dalam percakapan mereka. Perubahan yang sangat kontras dalam waktu super singkat. "Eh, bakal selesai nggak baju lo? My wedding is in a week, for God's sake."

            "Selesai," jawab Ervest sambil membuka kaca pada glass cabinet tempat semua perfume-nya disimpan.

           "Jangan ngentengin, ya, Er! Ini musim kawin, you know. Banyak orang jahit baju buat kondangan. Butik sama designer pasti overload diwaktu-waktu ini."

            "Santai lah. Itu kain gue belit ke dada aja jadi gaun."

            "Gue nggak lagi bercanda." Memang, Mellys malah terlihat frustasi dan serius sekali. Pernikahannya minggu depan pasti memberi tekanan besar di kepalanya. Hal sepele begini pun sampai membuat uratnya tegang."Lo ini, ya, kenapa dulu nggak bilang apartment lo di Jakarta udah ditempati orang lain. Jadi telat seminggu kan itu kain." Mellys kembali menyalahkannya perkara kain yang terlambat sampai di tangan Ervest karena sebelumnya kain itu dikirim ke alamat Ervest di Langham, yang mana sudah tidak ia tempati. 

            Ervest hanya menyimak sambil menyemprotkan Tom Ford Soleil Neige ke belahan payudara dan kedua pergelangan tangan bagian dalam. Baru setelah Mellys benar-benar diam, ia mejawab. "Penduduk Singapore ini nggak sampai enam juta, you know, pernikahan di sini nggak sebanyak di Indonesia. Gue bisa nemu designer di mana aja di sini dan baju gue bakal jadi tepat waktu, okey, Lys?" jelas Ervest tetap santai. "Lo lebih tenang, coba. Dan jangan semua hal lo pikirin, fokus sama apa yang lo dan Niko butuh di hari h aja nanti. Yang udah lo bagi ke orang lain, biar orang itu yang bertanggung jawab."

I T N L W I #KILLER01Where stories live. Discover now