I T N L W I T I G A P U L U H E M P A T (1)

2.1K 377 23
                                    

   Seperti dua hari sebelumnya, hari ini Ervest habiskan waktu makan siangnya di The Ritz Carlton bersama Arachi yang sudah empat hari ini menginap di hotel yang terletak di kawasan Millenia tersebut. Setelah menghadiri gala dinner di Sentosa Arachi sempat kembali ke Kuala Lumpur untuk merampungkan pekerjaannya, tetapi hanya selama tiga hari sebelum ia kembali ke Singapore lagi dan ikut memantau persiapan pernikahan yang akan digelar besok.

  Agak berbeda dari dua hari sebelumnya. Makan siang kali ini Ervest tidak hanya dengan Arachi, tetapi juga Katya Prawidjomoko—ibu Arachi, yang baru saja tiba di Singapore pukul sebelas hari ini.

  Ini adalah kedua kalinya Ervest dan Katya bertemu. Kali pertama, mereka bertemu pada pertunangan yang digelar di rumah keluarga Salim lalu. Meski baru saj mengenal, Ervest sudah langsung akrab dengan perempuan ayu yang saat mudanya berprofesi sebagai jurnalis dan advokat tersebut. Terlepas dari usaha Ervest untuk memperlihatkan keseriusan, Katya memanglah pandai membuat orang lain nyaman berada di dekatnya. Wanita itu sangat hangat.

  Katya tidak tahu perkara perjanjian pernikahan yang Ervest dan Arachi sepakati. Secara khusus, Arachi maupun Ervest juga tidak memberitahu detail posisi Ervest di dalam keluarga Salim termasuk mengenai pemindahan saham ES Group ke tangan Ervest yang akan terjadi setelah mereka menikah. Yang Katya tau Ervest adalah saudari teman Arachi yang dikenalkan kepada anaknya itu, kemudian mereka berkomitmen untuk menikah setelah yakin dengan prinsip dan sifat masing-masing.

  Terlepas dari sikap terkadang egois dan individualistiknya, apa yang tampak dari sosok Ervest sudah mendefinisikan menantu ideal— well-educated, well-mannered, independent woman. Wajar Katya juga mudah menyukainya. Meskipun begitu, tetap saja Ervest merasa sangat nervous pagi ini saat Arachi mengatakan ibunya akan bergabung makan siang dengan mereka.

  Bukan karena ia takut penilaian Katya padanya akan berubah atau sesuatu akan terbongkar dan menghambat pernikahannya dengan Arachi. Hanya saja, Ervest nervous karena sosok Katya, sosok ibu yang tidak pernah Ervest miliki. Sosok ibu yang menyayangi anaknya tanpa syarat, yang tetap berada di sebelah anaknya, tetap menjadi sosok tegar di hadapan anaknya meski dia terluka dan menderita karena sang suami meninggalkannya. Ibu yang tidak lari dari tanggung jawab meski sedang dicederai perasaan, kepercayaan, dan bahkan nama baiknya oleh sang suami—orang yang sangat ia cintai. Ibu yang tidak meninggalkan, menelantarkan, dan membiarkan anaknya tersiksa saat dirinya sendiri sedang putus asa karena cintanya. Karena sosok Katya bukanlah Rose, ibu yang melakukan semua hal yang berkebalikan dari tindakan Katya saat sedang putus asa karena pria yang ia cintai meninggalkannya.

   Kali pertama melihat Katya berbicara pada Arachi, Ervest merasa tertusuk oleh ribuan iri. Tidak pernah ada sosok yang menatap Ervest selembut seperti Katya menatap Arachi. Anak lelaki itu seolah satu-satunya hal yang berharga di dunia ini bagi Katya. Ervest diingatkan pada pikiran usangnya ketika ia remaja dan sendirian, bahwa keberadaannya di dunia ini tidak pernah memiliki arti bagi siapapun. Itu alasan kenapa ibunya memilih mati dari pada menemaninya. Itu kenapa ayahnya memilih tidak mengacuhkannya dan membiarkannya menderita di rumah itu. Bagi ibunya, hanya pria yang membawa hatinya itu lah yang berarti untuknya. Begitu juga bagi ayahnya, hanya wanita yang memilih mengakhiri hidupnya setelah hatinya ia bawa pergi itu lah yang berarti untuknya. Itu pula kenapa kakaknya menyuruhnya pergi sejauh mungkin setelah mereka sudah bertahun-tahun bersama. Karena Rojovan, akhirnya, sadar telah menyia-nyiakan dirinya sendiri dengan melindungi hal yang tidak pernah berarti apapun untuknya.

  Bahkan bagi Killian—orang yang sempat Ervest percaya sebagai satu-satunya teman yang pernah Tuhan kirim untuknya—Ervest tetap tidak berarti apapun bahkan setelah dua tahun pria itu memberikan lagi arti dirinya.

  Dua tahun lalu pada pertemuan pertama mereka, Killian sudah tau siapa sesungguhnya Ervest. Pria itu membuatnya berani memperlihatkan lukanya. Pria itu juga memberinya tempat untuk melihat dunia dengan sedikit senyum. Berkat kata pertemanan yang pria itu berikan, perlahan Ervest berani melihat dirinya cukup memiliki arti, setidaknya bagi Killian saat itu.

I T N L W I #KILLER01Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora