I T N L W I L I M A B E L A S (1)

4.8K 717 31
                                    

        Ervest berdiri di depan rak minuman dari kayu setinggi dinding di dalam ruang kerja Tierry. Rak ini menampung sekitar dua ratus botol berbagai jenis minuman beralkohol dan lusinan gelas dari berbagai macam jenis gelas, mulai dari lowball glass hingga champagne flute ada di sini. Sangat potensial, pikirnya. Matanya memejam. Bayangan rak ini jatuh menimpanya menjadi skenario yang bermain di kepalanya sekarang. Napasnya memburu.

          Ia ikut melayang dalam melodi requiem yang sedikit berantakan di sekitarnya dan berpikir ... apa dengan kaca-kaca juga dia akan mati? 


          Seluruh tubuhnya dipenuhi pecahan kaca, basah karena berbagai minuman spirit yang bercampur darahnya, dan ia sekarat. Cairan merah di mana-mana, berubah menjadi ungu, lalu merah cerah. Itu bayangan yang terlalu brutal. Terasa menyakitkan, tapi mungkin dia akan menerima itu. Setidaknya ia bisa sekarat dengan sedikit rasa whisky di lidahnya.

          Dengan rasa whisky.  

          Requiem yang bermain di telinganya semakin berantakan dan memekakkan. Orang ini pasti menekan tuts-tuts pianonya penuh kemarahan. Mozart's requiem jadi terdengar sangat menakutkan bukan hanya sedih. Dan sepertinya arwah Ervest tidak akan damai pada saat prosesi pemakaman nanti jika permainan ini yang mengiringinya. 

          "Requiem in D Minor, K 626. Kamu seperti baru belajar memainkannya." 

          Ervest tidak sendiri di dalam ruangan itu, Tierry juga ada di sana, duduk di depan grand piano, memainkan requiem dengan buruk yang kemungkinan besar dipersembahkan untuknya. Ervest bukan kepedean, ia tau Tierry pasti memiliki sedikit harapan dia mati sekarang juga. Bukan hanya Tierry, berkat langkah impulsif Iksan yang diberitaukan kepada semua keluarganya hari ini, Ervest yakin paling tidak sudah ada selusin orang yang menginginkan dia mati hari ini.

         Tidak akan ada yang terima anak sialan ini mendapat begitu besar aset keluarga Salim. Iksan pasti sudah tidak waras.

          Apa yang dikatakan Iksan siang ini memang sangat mengejutkan dan tidak bisa diterima keluarganya. Itu satu hal yang tidak pernah dipikirkan oleh siapapun, bahkan Ervest pun tidak pernah begitu bodoh dengan mengharapkan itu. Ervest sadar siapa dirinya. Dia lahir ke dunia ini akibat perbuatan yang salah dan membuat pernikahan pasangan Salim ini kacau—menjadi semakin kacau—setiap waktunya. Ervest tau ia tidak berhak untuk memikirkan apapun yang dimiliki keluarga Salim, ia tidak memiliki posisi apapun di keluarga ini meski namanya adalah Salim. Dan ia tetap berada di luar keluarga ini meski Iksan telah membawanya ke kediaman Salim sejak usianya empat tahun. Itu yang kemudian membuat Ervest terus ingin tertawa hari ini, ingatan dulu saat pertama kali Iksan membawanya dan Rojovan ke rumah keluarga Salim begitu menghiburnya. Itu terjadi setelah kematian Rose yang kemudian hari diketahui penyebabnya karena wanita itu mengonsumsi terlalu banyak anti-depressan dalam kurun waktu lima tahun. Rose tewas di apartment yang sudah tujuh tahun ia tinggali dengan kedua anaknya, meninggalkan kedua anaknya yang masih balita dalam keadaan demam tinggi dan kelaparan. Beruntung malam itu Iksan yang merindukan kekasihnya datang ... tetapi dia menemukan semua sudah terlambat. Di kamar yang biasa mereka tempati untuk bertukar rindu, jasad Rose sudah membiru. Bakteri dan autolisis mendegradasi jaringan tubuhnya membusukkan badannya. Dan di kamar lain, kedua anaknya hampir hilang kesadaran karena demam tinggi dan kelaparan. 

          Setelah prosesi pemakaman Rose Varbaan yang dilakukan dengan sangat privat usai, setelah Jovan juga Ervest mendapatkan perawatan dari rumah sakit dan kondisinya kembali pulih, Iksan tanpa pikir dua kali membawa kedua anaknya itu ke kediamannya dengan Nathalia Salim serta putra mereka Tierry. Selama dalam perjalanan ke rumahnya, Iksan sadar sepenuhnya dia sedang membawa kehancuran untuk keluarganya. Namun Iksan tidak menghiraukan itu. Dia yang sangat merasa kehilangan dan menyesal bersikeras pada keputusannya, kedua anaknya harus tinggal bersamanya di rumahnya.

I T N L W I #KILLER01Where stories live. Discover now