I T N L W I T I G A P U L U H D U A

3.4K 492 31
                                    

      Setelah gala dinner berlangsung, kini para tamu menyaksikan persembahan lagu dari penyanyi ternama asal Malaysia, Siti Nurhaliza. Banyak yang ikut bernyanyi termasuk Perdana Menteri Lee. Namun kebanyakan lebih antusias dengan obrolan di meja masing-masing. Tidak ada yang lebih menarik bagi para pebisnis ini selain kabar ekonomi dan investasi. Killian sendiri hanya merasa ingin segera pergi dari tempat itu. Ia tidak menikmati nyanyian sang penyanyi, tidak juga memperhatikan Ramsy Arsyad yang sedang memamerkan keberhasilannya mengakuisisi salah satu neo bank asal Indonesia.

     Ia ingin pergi karena dua alasan dan keduanya adalah alasan yang robust. Pertama, ibunya. Kedua, Ervest. Tjahaja tiba-tiba muncul di gala dinner malam ini. Padahal sebelumnya Killian tau sendiri Tjahaja menyerahkan undangan atas nama dirinya kepada Kaleb dan bilang ia tidak akan datang. Lalu sesaat sebelum gala dinner dimulai wanita itu tiba-tiba muncul dari pintu utama. Killian merasa ditipu. Lalu Ervest dan pria mata sipitnya yang memuakkan itu, yang duduk berjarak hanya satu meja darinya, yang tidak pernah bisa lepas dari pandangan mata Killian, itu sangat mengganggunya.

     Dua hal itu seharusnya cukup jadi alasan ia segera mengangkat pantatnya dari kursi dan keluar ballroom sejak acara ini dimulai tadi. Namun sayangnya malah dua alasan itu lah yang menahannya tetap di sini. Ia tidak bisa pergi begitu saja meninggalkan acara ini karena tidak akan ada yang mencegah ibunya menemui Ervest jika bukan dirinya sendiri. Paling tidak kalau ia benar-benar ingin pergi, ia harus membungkus Tjahaja agar ikut pergi dengannya dan membiarkan Ervest bersama calon suaminya bosan menikmati sisa acara.

     Ervest tampak sangat nyaman di sisi pria itu. Beberapa kali tertangkap mata Killian senyum wanita itu merekah. Tawanya yang lembut mengalun pun sering terdengar oleh Killian. Hal yang membahagiakan. Jangan sampai Tjahaja yang kejam itu mengacaukannya.

     Sekali lagi Killian gagal meyakinkan dirinya untuk tidak terus penasaran. Keras kepala membuatnya kembali melirik Ervest dan melihat senyum wanita itu lagi. Napasnya terleha lebih panjang bersamaan dengan senyum masam yang ia tahan agar tidak terukir di bibirnya. Sepertinya pernikahan tidak akan terlalu buruk untuknya. Sepertinya Killian bisa berhenti mengkhawatirkan ketakutan wanita itu pada pernikahan. Lihat senyumnya, dia bahagia. Lagi-lagi itu yang Killian pikirkan, tapi ia tetap tidak puas.

    Killian mengetuk layar ponsel yang ia pegang. Kini layarnya menyala dan memperlihatkan kolom pesan-nya dengan Ervest yang masih sama. Mungkin sudah sejak makan malam dimulai Killian terus mengecek kolom pesan itu, sudah berkali-kali ia menatap kolom itu dengan keinginan mengirim pesan, tapi sampai sekarang tidak ada yang berubah. 

      Bilang ke calon suami lo, actingnya bagus, ketiknya pada layar. Namun setelah membaca sekali lagi kalimat itu, ia menghapusnya. 

   Remember that night? Dari pada malam ini, lo keliatan lebih bahagia malam itu.

    Lo nggak akan puas sama dia, taruhan?

   "Stop, Yan!" desahnya memarahi diri sendiri.

 .  Mengurungkan niatnya untuk merusak kebahagiaan Ervest, Killian bangkit dari kursi dan memutuskan mencari Tierry yang beberapa waktu lalu meninggalkan meja pria itu yang tepat bersebelahan dengan meja Killian. Akan lebih baik kalau ia mengobrol dengan orang lain dan otaknya berhenti memikirkan Ervest.

   Tak butuh banyak waktu, ia langsung menemukan Tierry di west lobby. Dia sedang berbincang cukup serius dengan Gideon Tan, salah satu investor saham terkemuka di Asia yang kekayaannya dari saham membuatnya menjadi salah satu pria paling kaya di Asia. Perbincangan mereka saat ini tentu tak jauh-jauh dari saham ES, mungkin Tierry menawarkan sahamnya kepada Gideon.

I T N L W I #KILLER01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang