I T N L W I D E L A P A N B E L A S

5.3K 724 57
                                    

Happy weekend yoooooo!

           Killian langsung mendengar percakapan Ervest dengan Ada, sekretaris wanita itu, ketika ia membuka pintu ruangan Ervest. "Saya bisa fitting setelah lusa. Jadi kamu tanyakan, mereka bisa mengerjakannya selama dua hari atau tidak." Ervest menoleh ke arahnya sejenak sebelum kembali bicara pada Ada. "Kalau mereka tidak bisa, kamu hubungi Wang atas nama Tierry saja."

          Tanpa dipersilakan, Killian duduk di sofa abu-abu gelap yang berhadapan dengan meja Ervest. Ia kembali membaca berita tentang perkembangan hightech di Jepang lewat iPad-nya. Selain menjadi fans berat yang selalu mengikuti perkembangan film-film keluaran Jepang, Killian juga selalu mengikuti berita perkembangan teknologi dari negara itu yang tidak pernah berhenti berlari. Dia sering merekomendasikan agar Elephant Star—terutama Elephant Star Healthcare—menggandeng tech company dari Jepang. Killian percaya, kunci dari healthcare industry adalah teknologi yang efisien dan mutakhir. Siapa yang menguasai dan mengimplementasikan teknologi dengan tepat, dia yang akan menguasai industri dan itu adalah ambisi Elephant Star sejak dipimpin oleh Tierry. 

          Ketika Ada pamit dan Ervest membiarkan perempuan itu keluar ruangan, Killian tetap membaca artikel dari The Times dan tidak juga mengutarakan niatnya mendatangi ruangan Ervest. Bukan karena dia larut dalam artikel tersebut, dia hanya ingin Ervest yang inisiatif bertanya.

          "Ada apa ke mari, Bapak Pusat Dunia?"

          Itu dia. Akhirnya, Ervest bertanya.

          Killian menjawab tanpa menatap ke arah wanita itu. "It's lunch time." 

          Ervest mendecak pelan dan tidak lagi bersikap tak acuh. "Let see, oh, gue nggak sempat makan siang di luar," tolaknya sambil pura-pura menghitung jam.

           Killian akhirnya menatap wanita itu. Mereka saling menyorot dengan keras kepala sedetik, sebelum Killian berdiri dan membuka pintu. Ia keluar dari ruangan Ervest, lalu bertanya pada Ada, "Ada, kamu sudah makan siang?"

           "Belum, Pak." Ada menatap Killian dengan raut sedikit terkejut. Gagang telephone di tangannya menggantung di udara sementara ia memusatkan perhatian kepada Killian yang tiba-tiba muncul dari balik pintu dan bicara padanya.

           "Pesankan buffet buat saya sama Ervest dan kamu sekalian, atas nama saya."

           "Baik. Bapak prefer Japanese cuisine atau Western? Atau ingin saya pesankan di mana?"

           "Bebas saja. Oscar's, Colony, atau NAMI, yang masa saja." Killian mendekati meja Ada, ia ingat sesuatu. "Apa ini? Kain untuk apa? Milik Ervest, 'kan?" Ia membuka box berwarna silver di meja Ada yang tadi ia lihat dibawa keluar oleh Ada dari ruangan Ervest. Kening Killian lantas mengerut begitu melihat sebuah kain berwarna abu-abu with unsophisticated sequin embroidery di dalamnya.

          Ada mengangguki semua pertanyaan Killian. "Iya, milik ibu, Pak."

          "Untuk?" desaknya.

          "Ibu jadi bridesmaid."

          "Siapa yang menikah?"

          "Teman Ibu." 

          "Temannya yang mana, Ada?" tanya Killian sekali lagi dengan jengkel.

          "Teman Ibu di Bali, Pak." Ada agak mengerut di tempat karena Killian terdengar seperti memarahinya.

          Killian diam sejenak. Ada pun menunggu dengan diam karena Killian terlihat belum selesai bicara dengannya. Teman pria atasannya itu masih seperti ingin mencecarnya yang merasa tak punya salah apa-apa.

I T N L W I #KILLER01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang