I T N L W I D U A P U L U H T U J U H

5K 742 74
                                    

Sudah berapa abad kita nggak ketemu, baby?

Fyi, di KK cerita ini tinggal 2 atau 3 (maks) bab lagi sebelum tamat. Info aja sih.

Selamat membaca!





        Ervest tidak berhenti menekankan kepada dirinya bahwa ia akan melakukan ini dengan Killian, seks, dengan Killian. Namun hanya satu kali ini saja, hanya malam ini, dan setelah itu tidak akan ada lagi pria itu di kepalanya, tidak di benaknya, tidak di mulutnya dan di matanya, tidak sebagai temannya, dan tidak sebagai pria yang ia benci. Killian akan hilang darinya setelah malam ini, setelah mereka melakukan seks yang akan menjadi titik berakhirnya pertemanan mereka yang sudah dua tahun terjalin. Bertengkar untuk hal sepele, saling menyerang karena tidak suka hanya egonya yang disakiti, akhirnya ingin menyudahi pertemanan. Sungguh hal tidak terduga yang akan terjadi pada dirinya juga Killian—yang sudah kepala tiga dan bukannya anak kecil lagi. Ini terlalu kekanakan. Namun jika terjadi pada anak-anak, ini pun terlalu mengerikan.

       Kalau mengingat bagaimana bayangannya ketika dulu ia akan meninggalkan Bali dan harus hidup di Singapore dengan para Salim, Killian adalah satu-satunya hal yang datang padanya dan menjadi anomali dari semua bayangan suram yang terlintas di kepalanya saat itu. Pria itu dengan keterbukaan yang begitu bersahabat untuknya membuatnya bisa tersenyum lepas pada hari pertama mereka bertemu. Tidak ada hal yang berlebihan, pria itu hanya mengajaknya makan siang dan tidak membiarkannya cuma bersarang di dalam ruangan selama pagi hingga sore hari. Itu saja. Hanya ajakan makan siang dan kelakaran seorang pria yang tau dirinya tampan.

      Namun sore harinya ketika Ervest kembali memikirkan makan siangnya bersama Killian, ia menyadari ternyata Killian adalah hal yang selama ini tidak diberikan kepadanya karena ia terlalu takut meminta. Killian adalah teman yang mengetahui siapa dirinya. Killian tau dia bagian dari Salim karena pria itu teman dekat Tierry dan Sebastian. Killian juga tau kehidupannya yang kacau selama ini, yang tidak banyak orang tau—bahkan semua teman-temannya di Bali dan Jakarta pun tidak tau.

      Hari itu Killian menghilangkan semua kesan intimidasi yang membayangi Ervest sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di ES Tower milik keluarga Salim. Ervest yang sebelumnya tidak tau apa yang harus ia lakukan di antara para Salim saat itu, kemudian sedikit memiliki arah karena pertemanannya dengan Killian. Mendapatkan seorang teman—tidak ada hal yang lebih menyenangkan dalam hidup Ervest dari pada hal itu. Ervest tidak pernah merasa salah telah menerima pria itu menjadi temannya. Ia tidak akan pernah menyesal berteman dengan pria itu apapun yang terjadi saat ini. Dengan Killian, meskipun ia berada di antara neraka-neraka itu, ia mendapatkan teman yang selama ini ia ingin miliki namun ia tidak pernah memiliki cukup keberanian untuk mendapatkannya.

      Dan mungkin sekarang semua itu sudah cukup untuk Ervest. Memiliki Killian sebagai temannya selama dua tahun ini sepertinya sudah cukup karena jika ini terus berlajut, mungkin Ervest akan tidak tau diri dan menginginkan lebih banyak hal untuknya dari Killian. Sungguh bukan hal baik. Sudah benar mereka harus mengakhiri pertemanan ini sekarang. Mengakhiri dengan bertengkar dan konyol, cara yang seperti anak kecil lakukan, biarkan saja.

      "Aku membencimu, Yan. Sekarang. Aku sangat membencimu sekarang."

      Mereka masing-masing memegang gelas whisky dan keduanya melempar senyum kecil yang sangat kaku ketika Ervest menuangkan whisky ke gelas Killian.

    "Malah sangat aneh kalau tidak." Killian menyandarkan pantatnya pada meja yang ada di belakangnya, sementara Ervest bersandar pada rak anggur di sebelah wanita itu setelah meletakkan botol whisky ke meja di belakang Killian. Mereka berdiri saling berhadapan dan untuk beberapa saat keduanya hanya saling menatap satu sama lain.

I T N L W I #KILLER01Where stories live. Discover now