I T N L W I D U A P U L U H T I G A

5.1K 702 111
                                    

21+  Rape

       Ervest menyalakan shower maksimal, ia juga memutar dua kran pada bath up dan kran pada wastafel sehingga suara kucuran air memenuhi kamar mandi itu. Ia berniat menelepon Erick dan ia tidak ingin suaranya terdengar oleh Killian di luar, itu mengapa ia menyalakan semua kran. Dengan mata terpejam, ia fokus pada suara air dan berusaha mengukur level berisiknya. Sekarang ia sudah yakin suara air akan meredam suaranya. Ia mengelap ponselnya yang basah dengan bathrobe yang tersedia pada counter kemudian ia menghubungi Erick. 

      Selama menunggu panggilannya tersambung, Ervest melepas kemejanya yang basah juga bra. Ia menatap bath up yang mulai terisi. Suara airnya akan makin kecil jika air di dalam bath up lebih tinggi. Ia buka penyumbat bath up tersebut sambil kembali membuat panggilan ke nomor Erick.

      Pada panggilan kedua ini, akhirnya Erick mengangkat.

     "Lo masih di Ayana?" Ervest memastikan karena ia mendengar suara musik yang cukup keras melatari suara Erick yang baru saja menyapanya.

      "Iya. Udah mau cabut sih, bentar lagi."

      "Good! Sebelum lima belas menit lo bisa sampai hotel nggak?"

      "Hm, probably yes. Ada apa?" Erick bertanya masih tanpa curiga.

      "I need you. Lima belas menit dari sekarang, lo ketuk pintu hotel gue, ya!"

      "Buat?"

      Ervest menatap kran-kran di sekitarnya. "Nanti gue baru bisa jelasin, kalau sekarang lo nggak akan ngerti. Lima belas menit, gue tunggu lo."

      "Hei!" tahan Erick saat ia ingin kembali bicara. "Er, lo oke?"

     "Kalau lo datang tepat waktu atau sebelum lima belas menit, gue akan lebih oke."

      "Sure. I'll try. Semoga nyampe."

      Sejenak Ervest termenung. Benarkah masih ada yang ingin berusaha untuknya?

       Sedetik kemudian senyumnya terulas masam tanpa dia inginkan. Kemudian ia mengakhiri panggilan itu sepihak.

       Menyingkirkan hal-hal yang berpotensi mendistraksi pikirannya, ia kemudian mandi. Selesai mandi ia mengenakan bathrobe, mengencangkan talinya, dan siap dengan rencananya.

     Rencana untuk mengakhiri pertemanan mereka.

    Betapa gelinya memikirkan itu. Apalagi mengingat Killian mengatakan mereka masih berteman. Geli dan miris sekali karena Ervest tau benar Killian hanya ingin menyiksanya saat mengatakan itu. Ervest bukan tidak tau Killian masih mengikatkan 'teman' di antara mereka hanya agar ia tetap bisa menghabisi harga diri Ervest.

      Maka sebelum itu terjadi lebih jauh, Ervest akan menghentikannya malam ini. Ia akan menjatuhkan Killian pada godaannya, membuat pria itu benar-benar menginginkannya, dan akhirnya mencampakkan pria itu karena ia akan memilih Erick. Pria seperti Killian yang begitu angkuh dan merasa dirinya paling diinginkan semua wanita jelas akan merasa sangat terhina saat wanita yang ia inginkan meninggalkannya untuk pria lain. Itu rencananya. Ervest akan menghabisi kesombongan Killian malam ini sampai pria itu benar-benar membencinya dan tidak akan sudi lagi melihatnya.

      Ya. Lebih baik jika pria itu benar-benar membencinya setelah ini dan tidak ingin menjadi temannya lagi. Karena tetap berteman dengan Killian cuma akan mempermalukan dirinya bersama perasaan bodoh itu.

I T N L W I #KILLER01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang