I T N L W I T I G A P U L U H T U J U H (2)

1.7K 303 32
                                    

Matahari hampir tiba di barat, langit mulai gelap ditinggal sinarnya, dan ditambah mendung, ini adalah panggung yang serasi dengan kesuraman suasana hati Ervest petang ini begitu ia keluar dari pintu belakang pusat perbelanjaan Shaw Centre.

Ervest memerintah kakinya agar lebih cepat menyusuri aspal Claymore Hill yang basah bekas hujan ringan. Ia mengabaikan Killian yang mengikutinya keluar seperti ia mengabaikan matahari yang terbenam di belakangnya meski sebenarnya ia ingin sekali berhenti dan memutar badan. Ia ingin menatap pria itu ke dalam matanya dan bertanya apakah semua itu benar yang dikatakan Tjahaja. Mengenai kematian ibunya, bahwa sebenarnya Rose tidak bunuh diri dengan obat-obatan itu, tetapi Iksan yang membuat Rose mengonsumsi obat itu hingga mati--apakah Tjahaja benar-benar mengatakan kebenaran?

Ervest belum pernah sekalipun bertemu atau mengobrol dengan Tjahaja secara personal sebelum hari ini. Memang sering keduanya menghadiri event yang sama, terlebih setahun terakhir ini ketika Ervest mulai aktif sebagai perwakilan ES Group. Namun, mereka tidak pernah bertegur sapa apalagi duduk satu meja dan mengobrol layaknya rekan dekat. 

Meski ini kurang relevan, Siswodi adalah orang-orang sombong yang sangat pemilih di muka umum, terutama mengenai orang-orang yang bisa dekat dengan mereka. Itu salah satu alasan Ervest tidak pernah mengakrabkan diri dengan para Siswodi. Terkecuali Killian pastinya karena pria itu sudah berteman dekat dengan dua Salim lain sejak lama. Apalagi dengan status Ervest yang dikaburkan dari keluarga Salim, ia tidak pernah berpikir Siswodi—selain Killian—ingin mengetahui dirinya. Makanya Ervest sangat terkejut malam ini karena tiba-tiba seorang Tjahaja menghampirinya, mengenalinya, mengajaknya duduk berdua, dan mengatakan,

"Ibumu bukan mati karena keinginannya, Ervesten, dia dibunuh ayahmu dengan obat-obatan itu."

Ervest terkejut, tapi ia tidak bisa langsung memikirkan kalimat tersebut karena yang ada di pikirannya masih pertanyaan yang sama sejak wanita anggun di hadapannya ini mencegatnya di lobi hotel dan mengajaknya bicara—mengajaknya masuk ke Audi R8 milik wanita itu yang terparkir tepat di depan pintu lobi dan kemudian membawanya sejauh lima belas menit ke arah barat laut dan ternyata tujuannya adalah Les Amis yang sudah dikosongkan untuk mereka berdua. Hal semacam itu dikatakannya pada Ervest bahkan sebelum hidangan pembuka tiba. Terkejut, tentu saja. Ervest sampai tidak mampu berpikir apakah ia harus mempercayai atau menganggap bodoh saja ucapan Tjahaja pada saat itu karena kepalanya terlalu ramai mempertanyakan motif Tjahaja. Sementara itu, perlahan tanpa ia sadari tempat di mana jantungnya biasa bertengger terasa menghampa.

"Dia membunuh Rose dan tidak bertanggung jawab atas perbuatannya. Bahkan sampai sekarang ... ia membiarkan kamu, anaknya sendiri, anak Rose sendiri, tidak mengetahui itu, dan kalian hidup bersama seolah dia tidak punya dosa masa lalu."

Mulut Ervest terkelu. Makin hampa dadanya dan makin riuh isi kepalanya. Namun, yang paling lantang di dalam dirinya saat ini masih pertanyaan yang sama, Mengapa Tjahaja memberitahunya? Mungkinkah empati? Wanita Siswodi yang 'kejam' menurut penilaian anaknya sendiri ini mungkinkah berempati padanya? Ervest agak sangsi, malah sangsi sekali, tapi kemudian ia ragu dengan kesangsiannya setelah mengingat Killian—pria Siswodi yang cukup mudah berempati di balik sikap berengseknya itu. Meski angkuh dan semena-mena, Killian adalah sosok yang kerap memikirkan orang lain. Agaknya, Tjahaja pun sama seperti Killian, dan mungkin Ervest—dengan keadaannya yang menyedihkan—memang makanan paling enak untuk dilumat empati para Siswodi yang cukup keras hati ini. Tapi mengapa sekarang?

"Aku dan Iksan sempat akan mencalonkan sebagai pasangan Capres-Cawapres dulu. Kamu pasti pernah membaca beritanya. Tapi aku membatalkan pencalonan itu setelah aku mengetahui kejahatannya."

"Dari mana Anda tau?" Ervest menyela dengan suara yang terlalu pelan hingga ia sendiri merasa perlu mengulang. "Dari mana Anda tau? Kenapa memberitahuku seperti ini?" 

I T N L W I #KILLER01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang