I T N L W I D U A P U L U H D U A

4.5K 639 65
                                    

      Tidak lagi Starbucks, tujuan Killian adalah Kimia Farma untuk membeli kondom dan kemudian kembali ke hotel.

     Mereka menelusuri sidewalk yang sebelumnya. Berjalan dalam diam, tetapi kemeluk emosi riuh berkecamuk di kepala masing-masing. Killian sendiri merasakan gemuruh di balik dadanya setiap mengingat kilat nakal juga sorot sayu yang berkombinasi di mata wanita itu beberapa saat lalu. Itu nyata sekali dan membekas di kepalanya. Dan itu, benar-benar godaan yang dia sukai, tapi dalam waktu yang sama juga sangat terlarang untuknya.

    Ini bukanlah kali pertama Ervest menatapnya dengan sorot itu. Dulu sekali pernah dan Killian masih sangat ingat, tepatnya setelah ciuman mereka di Cé La Vi, malam sialan itu. Namun yang kali ini berbeda, malam ini berbeda. Malam itu Ervest mabuk, menciumnya, dan menginginkannya. Sementara malam ini tidak, wanita ini sepenuhnya sadar dan memang sengaja bertingkah untuk membalasnya.

     Tepat sekali! Membalasnya, bukan untuk hal lain. Killian tau betul. Ervest pasti sakit hati dengan perlakuannya dan wanita itu bukan wanita berhati malaikat yang akan memaafkan begitu saja. Apa yang ada di kepala cantik itu sekarang pastilah ratusan keinginan untuk membalas Killian. Killian aware, Ervest akan dengan mudah menemukan cara untuk membalasnya. Seperti misalnya tujuh puluh ribu dollar Amerika yang harus Killian bayar ke perusahaan sebagai ganti atas apa yang ia pakai untuk keperluan pribadinya—menurut Ervest. Memang sangat mudah bagi otak cantik perempuan itu untuk berubah picik. Sekejap pun jadi.

     Saat ini pun pasti sudah ada yang Ervest rencanakan. Killian mencurigai segala hal. Dan yang menduduki bagian paling atas kecurigaannya adalah undangan seks wanita itu. Tidak mungkin Ervest benar-benar mengundangnya untuk sebuah seks.

     Setelah Killian memberondongnya dengan kata-kata kasar, mana mungkin yang wanita ini inginkan setelah itu adalah seks panas yang menyenangkan—seperti apa yang ia bayangkan sekarang. Pasti ada rencana dibalik itu, rencana untuk membalasnya. Ervest pasti sudah menyusun skenario untuk mempermalukannya. Ya, skenario apapun itu, pasti yang bertujuan untuk mempermalukan Killian. Seperti mempermalukan Killian di depan pimpinan departemen finansial Elephant Star yang lalu.

     Kini walaupun otaknya tidak terlalu puas karena membayangkan tidak akan mendapat seks seperti yang wanita itu tawarkan, tapi setidaknya ini tetap menarik bagi Killian.

     Killian akan membiarkan Ervest berpikir ia bisa membalasnya. Sementara Killian juga akan menyiapkan sesuatu untuk membuat wanita itu malu lebih dulu. Lihat saja siapa yang akan menang.

     Angin cukup kencang berhembus di antara mereka. Menggugah Killian dari pikirannya yang amat fokus selama beberapa saat pada satu hal. Ia melirik Ervest di sebelahnya. Wanita itu tampak menggigil karena hembusan angin, seperti anak kecil yang menahan kencing.

    Ervest menoleh. Matanya masih terlihat sayu. Membuat gejolak dalam diri Killian yang sempat terlupakan kembali datang dan kini malah membuatnya makin tersiksa, makin terdesak. Killian sampai harus menambah durasi memejamkan mata saat berkedip guna meredam gejolak itu. Atau dia tidak akan lagi memikirkan ranjang karena sidewalk ini pun sudah cukup untuk alas berbaring Ervest dan dirinya.

    Sadar, Yan!

    Benar, Killian harus tetap sadar dan hal penting ini harus selalu Killian ingat, Ervest sangat pandai memainkan mata. Kalau tatapan tajam wanita ini tidak pernah gagal membuat orang lain tunduk padanya, tatapan sayunya tidak pernah gagal membangkitkan kebutuhan lelaki—lelaki mana pun itu, bukan hanya Killian. Dan Ervest punya pemikiran picik yang sempurna untuk menggunakan kepandaian itu demi tujuannya.

    Tak lama kemudian mereka telah memasuki gedung hotel.

   "Your room," titah Killian dengan parau. Ervest menoleh sedikit linglung dan tertangkap matanya wanita itu sempat gugup.

I T N L W I #KILLER01Où les histoires vivent. Découvrez maintenant