2. TENTANG KARINA

22.2K 1.9K 155
                                    

2. TENTANG KARINA

FISIKA di jam pelajaran pertama benar-benar menguras pikiran. Masih pagi dan otak di paksa untuk berpikir keras itu rasanya sangat menyebalkan sekali. Materi tentang elastisitas kini tersaji di papan tulis. Bu Lina selaku guru yang mengampu pelajaran ini sedari tadi tidak berhenti menyuruh para murid untuk mencatat dan mencoba memahami.

Rumus Hukum Hooke yang berbunyi F = – k . Δx ——dimana untuk F merupakan gaya (N), K untuk Konstanta pegas (N/m), dan Δx merupakan pertambahan panjang pegas (m) itu kini terpapar di papan tulis.

Karina terlihat beberapa kali menguap karena mengantuk. Gadis itu kini menyangga kepalanya menggunakan satu tangganya, sedangkan satu tangan yang lainnya dia gunakan untuk menyalin materi. Dalam benak Karina, dia benar-benar segara ingin pelajaran ini berakhir.

"Karina, coba maju dan kerjakan soal yang berada di depan." Suara Bu Lina menggema membuat Karina langsung melebarkan matanya. Gadis itu dibuat sangat-sangat terkejut.

Mampus! Batin Karina. Gadis itu bahkan tidak paham sama sekali materi yang dia catat. Dan kini bisa-bisanya Bu Lina menyuruhnya untuk maju mengerjakan.

Semua tatap mata kini menghadap Karina. Gadis itu benar-benar dibuat kebingungan. Raut wajah takut bercampur bingung kini tercetak jelas di wajah cantiknya.

"Karina ayo maju!" Bu Lina mengulang kembali perintahnya.

"Karin." Embun memanggil Karina pelan. Gadis itu menyadari jika kini Karina sedang sangat-sangat ketakutan. Hal ini terlihat dari muka gadis itu yang nampak memucat. Bu Lina itu adalah salah satu guru yang paling menakutkan di sekolah. Guru yang sangat tidak suka jika ada murid yang tidak memperhatikan.

"Karina, kamu milih maju ngerjain atau ibu hukum di lapangan?" tanya Bu Lina sambil menatap Karina yang sampai saat ini masih terdiam di tempatnya.

"Karina lagi sakit, Bu. Tadi pagi dia bilang ke saya kalau lagi pusing jadi mungkin enggak bisa mengikuti pelajaran hari ini dengan baik." Ucapan Embun membuat Karina menoleh mengahadap ke gadis itu. Embun telah menyelamatkannya.

Bu Lina menghela napasnya, "Kalau kamu sakit mendingan di UKS saja, Rin. Daripada di sini juga tidak bisa mencerna apapun yang saya katakan." Ucapan Bu Lina benar-benar menohok.

"Lanjut ke soal lagi. Karena Karina enggak bisa ngerjain, jadi kita ganti orang. Hari ini tanggal berapa?"

Kebiasaan beberapa guru yaitu menggunakan angka entah itu mengambil dari tanggal, bulan, atau bisa juga tanggal di tambah dengan bulan untuk memilih nomor absen yang dia suruh untuk mengerjakan soal. Dan tentunya itu membuat murid yang tidak paham materi akan merasa degdegan jika nomor presensinya disebut.

"Tanggal 7, Bu." Para murid menjawab secara bersamaan.

"Baik absen 7 silahkan untuk maju dan mengerjakan."

Mata Embun melebar. Absen 7, itu adalah absennya. Gadis itu mengatur napasnya lalu berdiri dari duduknya. Sebenarnya dia sudah memahami tentang materi Hukum Hooke ini, namun tetap saja dia merasa takut jika jawabnya salah.

Jemari Embun dengan lincah bergerak di atas papan tulis guna menuliskan jawaban. Hanya memerlukan waktu beberapa menit saja soal dari Bu Lina kini sudah terjawab.

"Jawabannya benar. Silahkan kalian salin di buku tulis. Terima kasih, Embun. Kamu boleh kembali ke tempat duduk."

Embun mengangguk pelan. Gadis itu lalu kembali ke kursinya.

Bel pertanda pelajaran selesai kini berbunyi. Para siswa kelas XI IPA 1 bersorak girang dalam hati karena pelajaran Bu Lina sudah selesai.

"Pelajari materi tadi. Pertemuan selanjutnya saya akan mengadakan ulangan." Bu Lina berkata sambil membereskan buku-bukunya. "Ibu akhiri pelajaran sampai di sini. Jangan lupa belajar untuk ulangan!"

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now