27. TERJADI LAGI

20.5K 1.9K 736
                                    

27. TERJADI LAGI

PERANG dingin antara Cakrawala dan Embun nyatanya tak kunjung sirna. Masalah satu belum selesai dan kini laki-laki itu malah membuat masalah baru lagi. Selain voli, hobi seorang Cakrawala Manggala sepertinya mengingkari janji dan membuat masalah baru.

Embun berjalan cepat meninggalkan UKS sebelum Cakrawala berhasil mencekal tangannya. Saat ini dia benar-benar ingin menghindari Cakrawala Manggala untuk kesehatan hatinya sendiri. Jika sudah berada di samping laki-laki itu, hanya satu hal yang Embun takutkan yaitu sakit hati.

Kepalanya terasa pening dan bisa jadi akan bertambah pusing jika terus berdebat dengan Cakrawala. Karena pada dasarnya, laki-laki itu selalu berhasil membuatnya darah tinggi setiap saat.

Embun kini sudah menginjakkan kakinya di kelasnya. Dia melihat Karina yang duduk di bangkunya sembari berkaca dan mengoleskan lip tint. Ada Savana juga di sana sedang melakukan hal yang sama.

"Pagi, Embun." Gadis itu menatap Embun sembari tersenyum manis.

Embun membalas dengan senyuman tipis yang terkesan seperti terpaksa. "Pagi." Gadis itu langsung duduk di bangkunya tanpa menghiraukan Savana yang kini menatapnya tajam.

"Rin, Cakra mana? Katanya mau ke sini?" Suara Savana terdengar di telinga Embun. Gadis itu bertanya kepada Karina.

Dari tempat duduknya, Embun mengerutkan keningnya. Cakra akan ke kelas ini? Untuk apa?

Karina mengangkat bahunya pertanda tidak tahu. Gadis itu masih fokus dengan kacanya.

"Tadi katanya mau ke toilet dulu gitu. Tunggu aja dulu." Karina menjawab pelan.

Savana tampak mengangguk.

"Lo kemarin beneran disamperin sama Cakra ke rumah?" Savana bertanya.

Bukannya bermaksud menguping atau bagaimana, namun jarak antara tempat duduk Embun dan Karina itu tidaklah jauh. Jadi ya wajar saja jika Embun mendengar obrolan mereka tanpa sengaja.

Karina mengangguk sembari tersenyum senang. "Iya, Sav. Dia samperin aku ke rumah. Dia peduli banget ke aku. Suapi aku. Beliin makanan buat aku. Peluk aku. Ah astaga." Karina terdengar begitu senang menceritakan hal tersebut.

Embun hanya bisa menghela napasnya kasar. Demi apapun, dia benar-benar ingin menyumpal telinganya saat ini juga.

"Oh ya?" Savana tertawa pelan. "Romantis banget sih. Buruan jadian deh sebelum ditikung sama orang lain."

Entah ini betul atau tidak, namun Embun merasa jika saat ini Savana benar-benar menatap dirinya tajam. Ada apa sebenarnya dengan gadis itu? Kenapa sinis sekali kepadanya? Apakah dia sedang menyindir Embun?

"Yang berani nikung siap-siap aja berhadapan sama aku. Jahat banget kalau sampai berani nikung. Enggak ada otak apa gimana?" Karina tertawa pelan.

Savana ikut tertawa.

Suara derap langkah seorang laki-laki kini terdengar memasuki kelas XI IPA 1. Laki-laki berambut hitam legam itu berjalan dengan gaya dinginnya. Tangannya dia masukkan ke saku.

Embun hanya meliriknya sekilas. Gadis itu lebih memilih memalingkan mukanya dan berputar-putar fokus pada ponsel yang kini sedang dia mainkan.

"Lama banget, Cak." Karina memutar bola matanya malas saat melihat Cakrawala yang baru datang. Kaca dan lip tint miliknya kini sudah dia taruh di laci.

"Tadi ada urusan sebentar." Laki-laki itu menjawab.

Karina mengangguk paham.

Cakrawala tidak sengaja memalingkan wajahnya dan kini melihat Embun yang sedang fokus dengan ponselnya. Gadis itu seakan menunjukkan bahwa dia tidak peduli dengan kedatangannya di kelas ini.

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now