19. PODCAST

18.4K 1.6K 266
                                    

19. PODCAST

PUKUL 14.00, Embun baru saja tiba di rumahnya. Gadis itu merebahkan tubuhnya yang terasa pegal karena seharian tadi berjalan bersama Rajendra. Matanya menerawang membayangkan kejadian tadi saat sedang berada di bioskop. Genggaman tangan seorang Cakrawala Manggala masih sangat membekas.

Embun kini mengangkat tangannya dan melihatnya. Jujur, dia masih tidak mempercayai bahwa kejadian tadi itu nyata. Senyuman manis mengembang di wajahnya.

"Tadi itu asli, kan, ya?" Embun bertanya pada dirinya sendiri. Gadis itu menggulingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri sembari teriak heboh.

"Ya ampun! Cuma genggam tangan aja buat aku stres kayak gini!" Lagi-lagi Embun berteriak sembari tersenyum. Kejadian tadi mungkin akan selamanya membekas pada hatinya.

Tadi itu adalah genggam tangan tertulus dari Cakrawala yang pernah ia rasakan. Jika biasanya Cakrawala menarik tangannya kasar, namun yang tadi itu benar-benar sangat berbeda. Debaran jantung yang menggila masih Embun rasakan sampai saat ini.

Embun kini meraih ponsel miliknya yang berada di atas meja. Gadis itu membuka room chat antara dirinya dan Cakrawala. Laki-laki itu ternyata hanya membaca pesannya saja. Tapi tidak papa, Embun tetap tersenyum manis.

Ponsel di tangannya mendadak berdering. Ada panggilan video dari Karina. Embun langsung membenarkan posisinya kemudian mengangkat panggilan itu.

"Embun ganggu enggak?" Wajah Karina muncul di sana.

Embun menggeleng pelan. "Enggak kok. Kenapa emang?"

"Aku sama Cakra kebetulan mampir di toko gelang. Nah kita rencananya mau kembaran gitu. Cakra bilang katanya terserah aku mau pilih yang mana. Tapi aku bingung Embun mau pilih yang mana soalnya bagus-bagus semua. Jadi aku mau minta tolong buat bantu pilihin ya." Karina menatap Embun dari layar ponselnya.

Hati Embun seketika terasa sakit. Senyuman yang tadi menghiasi wajahnya langsung lenyap begitu saja saat kini melihat wajah Karina dan Cakrawala di layar ponselnya. Mereka berdua tampak begitu serasi. Apalagi kini Embun melihat Cakrawala yang sedang bercengkrama bersama Cakrawala.

"Embun?" Karina memanggil Embun mencoba menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

Embun tersentak kaget mendengar teriakkan itu. Gadis itu kini kembali kesadarannya. Dia menunjukkan senyuman manisnya guna menutupi sakit hatinya.

"Eh iya maaf, Rin. Kenapa?" Embun bertanya.

"Pilihin ya."

Karina membalikkan kameranya. Layar ponsel yang tadinya menunjukkan wajah Karina dan Cakrawala kini berganti dengan gelang-gelang yang terlihat sangat cantik. Wajar saja jika Karina tidak bisa memilih, pasalnya memang gelang-gelang yang berada di sana sangatlah indah. Sangat cocok jika dijadikan barang untuk kembaran.

"Bagusan yang mana?" Karina bertanya.

"Itu warna hitam kelihatan bagus. Bandulnya juga keren. Kunci sama gembok." Embun berkata.

"Yang ini ya?" Karina kini mengambil gelang yang tadi ditunjuk oleh Embun.

"Iya yang itu."

"Gimana, Cak? Kamu suka enggak?" Karina bertanya kepada Cakrawala. Embun sendiri hanya bisa diam.

"Norak. Kampungan. Jangan yang itu."

Jawaban itu seketika membuat Embun menelan ludahnya sendiri. Suara Cakrawala benar-benar langsung menusuk hatinya.

"Ih kok gitu? Ini bagus tahu. Kata Embun juga keren kok."

"Aku enggak suka Karin. Norak banget gitu seleranya dia. Jangan yang itu. Ganti yang lainnya aja. Enggak usah minta saran sama orang yang enggak ngerti fahsion." Ucapan pedas Cakrawala langsung membuat hati Embun berdenyut nyeri.

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now